ARYA BELOG

Rabu, 15 Juli 2009 | | 9 komentar

DALAM sebuah diskusi babad di Jakarta, saya mendapat pertanyaan begini: "Apakah Arya Belog itu sama dengan Arya Tan Wikan? Kalau sama, kenapa namanya berbeda".
Saya menjawabnya dengan enteng saja. Arya Belog tentu saja sama dengan Arya Tan Wikan, karena pengertian kata itu juga sama, "belog" dan "tan wikan" hanyalah penghalusan dalam bahasa Bali, yang artinya bodoh. Masalahnya kenapa ada penghalusan bahasa? Itu berkaitan dengan penghormatan kepada seorang tokoh, bagaimana keterikatan batin seseorang terhadap tokoh itu. Penghormatan ini juga dipengaruhi oleh budaya lokal, kebiasaan tata pergaulan setempat. Sama dengan penghormatan untuk seorang ayah. Ada beberapa sebutan: nanang, bapa, guru, aji. Dalam bahasa Indonesia pun begitu, ada yang menyebutnya: ayah, bapak, papa, babe, bokap.
Kepada peserta diskusi, saya justru balik mengajukan pertanyaan: "Apakah Anda yakin Arya Belog atau Arya Tan Wikan itu, memang nama sebenarnya?" Saya kemudian menjelaskan, bagaimana babad itu harus dibaca dan dipahami. Di masa lalu, seorang tokoh yang datang ke suatu tempat sering "tidak bernama". Bisa karena tokoh itu tak ingin mengagungkan namanya, bisa pula karena masyarakat setempat tak peduli dengan namanya. Karena tokoh itu kemudian berjasa, baru belakangan diberikan nama oleh para pengikutnya dengan beberapa variasi. Ada nama karena julukan, ada nama karena wilayah menetap, ada nama karena keturunan. Danghyang Nirartha di daerah lain disebut Pandita Sakti Wawu Rawuh, karena para pengikutnya sama sekali tak peduli dengan nama beliau. Beliau datang sebagai pendeta dan berjasa mengobati banyak orang, masyarakat memberikan julukan "pendeta sakti yang baru datang".
***
ADA lagi pernyataan dari seorang intelektual Hindu, ketika diskusi babad di Denpasar. Ia mengaku heran, kenapa orang Bali sekarang ini gemar membaca babad. Itu hanya membuang waktu dan bahkan berdampak buruk. Orang-orang Bali sekarang ini akhirnya tersekat dalam kelompok-kelompok karena menemukan silsilah dirinya dalam babad. Kalau berdampak buruk yang hanya memecah-belah orang Bali ke dalam soroh (clan), untuk apa babad ditulis? Lagi pula, sejauh mana penulisan babad itu benar?
Pernyataan itu ada sisi benarnya dari segi keakuratan penulisan babad. Namun, kekhawatirannya berlebihan bahwa penulisan babad berdampak buruk. Babad adalah sejarah. Untuk apa babad ditulis? Sama saja dengan pertanyaan, untuk apa sejarah ditulis? Babad atau sejarah ditulis untuk melihat perjalanan sebuah peradaban. Dari penulisan ini kita menjadi tahu, siapa tokoh yang memainkan peran dalam peradaban itu. Bahwa terjadi penyimpangan, ada tokoh yang perannya dikecilkan dan tokoh lain perannya dibesarkan, itulah akibat ketidak-netralan penulis sejarah. Jangankan babad yang terjadi di masa ratusan tahun lalu yang penulisannya punya kendala karena sumber-sumber sulit didapatkan, sejarah Indonesia moderen pun sudah simpang siur. Lihat yang terjadi sekarang, sejarah Serangan Umum 1 Maret sudah beda antara versi Orde Baru dengan versi setelah Soeharto tak lagi berkuasa. Atau sejarah Supersemar yang membingungkan, apakah Soeharto melakukan kudeta atau Soekarno yang rela memberikan pelimpahan wewenang. Tapi penulisan sejarah tetap penting, dan pelurusan penulisan itu sendiri lebih penting lagi.
Begitu juga babad, penulisannya sangat penting. Kalau ada prasasti baru lagi ditemukan, pelurusan babad pun bisa dilakukan kembali. Masyarakat Bali moderen tak boleh mengabaikan begitu saja keberadaan babad, apalagi memandang penulisan babad sebagai sesuatu yang tak perlu. Sebaliknya, membaca babad juga harus kritis, dan kita harus siap dengan logika, baik mengenai waktu, peristiwa, maupun prilaku tokoh-tokoh dalam babad. Sama halnya dengan penulisan sejarah moderen, penulis babad bisa sangat subyektif karena faktor garis keturunan. Ia bisa membesar-besarkan tokoh pujaannya meskipun perannya kecil. Atau sebaliknya. Sama seperti Soeharto ketika berkuasa, sejarah menulis perannya sangat besar pada Serangan Umum 1 Maret, padahal peran besar itu ada pada Sultan HB IX.
Nah, bagaimana kemudian jika babad itu dibawa dalam kemasan kesenian? Itu sangat tergantung sekehe yang membawakannya, dan bagaimana kelompok itu memuja tokoh dalam babad. Saya punya beberapa versi cerita tentang Ki Pasek Tangkas Kori Agung dalam kaset topeng. Semua versinya beda, tergantung siapa yang ditonjolkan. Bagaimana kita harus mencari pembenarannya? Jangankan kisah masa dulu kala, kisah Jayaprana yang lebih "kekinian" pun juga beda penyajiannya. Ada drama gong yang menyuguhkan adegan, Jayaprana sebelum dibunuh Saunggaling melakukan perlawanan. Mungkin kena pengaruh arja. Tetapi, ketika saya bermain drama gong di kampung sekitar 1970-an, saya menyuguhkan versi lain: Jayaprana dibunuh pelan-pelan di pangkuan Saunggaling, dan justru Saunggaling yang menangis karena ia hanya menjalankan tugas, sementara Jayaprana pun sudah merasa hak raja untuk menghentikan hidupnya, karena memang ia anak pungut. Saya mendapatkan sumber cerita itu dari penuturan ayah, yang terlibat dalam pengabenan Jayaprana, lagi pula masa remaja saya sering berada di rumah kerabat keluarga yang persis di depan Pura Jayaprana di Kalianget. Boleh jadi saya sangat subyektif.Karena itu, jika mencari keakuratan babad lewat pentas kesenian, hanyalah sia-sia, karena seniman punya kebebasan untuk mencari sudut pandang, pesan apa yang mau disampaikan kepada penonton.

ARYA KENCENG

| | 3 komentar

Babad Arya Tabanan, adalah tulisan dari lontar kuno yang dapat ditemukan di Puri(keraton) di Tabanan, seperti Puri Gede Kerambitan dan Puri Anom Tabanan.
Babad ini menceritakan awal ekspedisi Majapahit ke Bali yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada dan Arya Dhamar (Adityawarman). Dalam babad ini disebutkan ada kesatriya keturunan kediri yang bersaudara :
Raden Cakradara (suami Tribhuwana)
Arya Damar (Adityawarman)
Arya Kenceng
Arya Kuta wandira
Arya Sentong
Arya Belog
Masing-masing kesatria ini memimpin pasukannya menyerang dari segala penjuru mata angin. Diceritakan setelah Bali berhasil ditaklukan, Arya Damar kembali ke majapahit, kemudian diangkat sebagai Raja di Palembang. Adik-adik beliau ditempatkan sebagai raja di masing-masing daerah di Bali seperti Arya Kenceng di Tabanan, Arya Belog di Kaba-kaba dan sebagainya.
Keturunan dari Raja tabanan, kemudian mendirikan kerajaan Badung (Denpasar) yang terkenal dengan perang Puputan Badung melawan kolonial Belanda. Babad ini juga menceritakan kejadian-kejadian penting dan suksesi raja-raja Tabanan, dari Raja Pertama (Ida Bhatara Shri Arya Kenceng) sampai raja Tabanan yang terakhir (Ida Cokorda Rai Perang) yang tewas muput raga (menusuk diri sendiri) di Denpasar pada tahun 1906 karena tidak mau tunduk kepada Belanda, Putra mahkota Raja Tabanan KI Gusti Ngurah Gede Pegeg, juga ikut mengakhiri dirinya bersama ayah beliau. Sehingga di Puri Agung Tabanan kemudian hanya tersisa 2 dua orang Putri Raja dari permaisuri yakni Sagung Ayu Oka dan Sagung Ayu Putu, yang kemudian keduanya pindah dan menetap di Puri Anom Tabanan, karena Puri Agung Singasana Tabanan dibakar habis oleh Belanda. Sagung Ayu Oka kemudian menikah dengan Kramer seorang Klerk Kontrolir Belanda, dan Sagung Ayu Putu menikah dengan Ki Gusti Ngurah Anom, di Puri Anom Tabanan. Demikian Riwayat akhir dari Puri Agung Singasana Tabanan.
Berikut silsilah Raja-Raja Tabanan
Bhatara Adwaya Brahman Shri Tinuheng Pura (Beliau yang di hormati di Singasari & Majapahit) beristrikan Dara Jingga (Sira Alaki Dewa/ beliau yang bersuami seorang Dewa)
Raden Cakradara (suami Tribhuwana Tungga Dewi)
Shri Arya Damar (Adityawarman)Raja Palembang
Shri Arya Kenceng
Shri Arya Kuta wandira
Shri Arya Sentong
Shri Arya Belog
I Bhatara Shri Arya Kenceng Raja Tabanan I
1.Shri Megada Prabu (Tidak berminat dengan keduniawian, Membangun Pasraman di Kubon Tingguh)
2. Shri Megada Natha
3. Arya Tegeh Kori (Sirarya Kenceng Tegeh Kori / Arya Benculuk)Membangun kerajaan di Badung
II Shri Magada Natha Raja Tabanan II
1. Shri Arya Ngurah Langwang
2. Ki Gusti Made Utara (menurunkan Pragusti Jero Subamya)
3. Ki Gusti Nyoman Pascima (Menurunkan Pragusti Pameregan)
4. Ki Gusti Ketut Wetaning Pangkung (Menurunkan Pragusti Lod Rurung, Kesimpar & Srampingan)
5. Kigusti Samping Boni (Menurunkan Pragusti Ersania, Kyayi Nengah & Kyayi Titih)
6. Ki Gusti Nyoman Batan Ancak (Menurunkan Pragusti Ancak & Angligan)
7. Ki Gusti ketut Lebah
8. Ki Gusti Ketut Pucangan (Arya Ketut Notor Wanira) (Menurunkan Raja-raja Badung & Denpasar)
III Shri Arya Ngurah Langwang (Shri Arya Ngurah Tabanan/Shri Arya Nangun Graha)Raja ke 3
1. Sang Nateng Singasana
2. Ki Gusti Lod Carik
3. Kigusti Dangin Pasar (Menurunkan Pragusti Suna,Munang,Batur)
4. Ki Gusti Dangin Margi (Menurunkan K Gst Blambangan, Kgst Jong, Kgst Nang Pagla, K G Nang Rawos)
IV Sang Nateng Singasana (Ida Bhatara Makules)Raja IV & VII
1. Ki Gusti Wayahan Pamedekan
2. Ki Gusti Made Pamedekan
3. Ki Gusti Kukuh
4. Ki Gusti Bola
5. Ki Gusti Wangaya
6. Ki Gusti Made
7. Ki Gusti Kajyanan
V Ki Gusti Wayahan Pamedekan (Raja V)
1. Ki Gusti Nengah Malkangin
2. Raden Tumenggung (Putra yang lahir di Mataram, setelah K G W Pamedekan ditangkap dalam perang dengan Mataram, dan diangkat sebagai mantu oleh Raja Mataram)
VI. Ki Gusti Made Pamedekan (Raja VI) (di tugaskan kembali ke Bali dan menggantikan Kakaknya sebagai raja ke 6
1. Bhatara Nisweng Penida
2. Kyayi Made Dalang
VII Sang Nateng Singasana (kembali naik tahta karena K G Made Pamedekan wafat dan putra mahkota masih kbelum dewasa)
VIIIBhatara Nisweng Panida (Raja VIII)
1. Ki Gusti Alit Dawuh
IX Ki Gusti Alit Dawuh (Shri Magada Sakti) (Raja IX)
1. Bhatara Lepas Pemade
2. Gusti Nyoman Telabah
3. Kyayi Jegu
4. Kyayi Kerasan
5. Kyayi Oka
X Bhatara Lepas Pemade (Raja X)
1. Ida Cokorda Sekar
2. Ki Gusti Ngurah Gede Banjar (Menjadi angrurah di kerambitan dan menurunkan Puri-puri di kerambitan)
3. Ki Gusti Ngurah Made Dawuh (Cokorda Dawuh Pala)
4. Ki Gusti Sari (Bermukim si Wanasari)
5. Ki Gusti Pandak (Bermukim di Pandak)
6. Ki Gusti Pucangan (Bermukim di Buwahan)
7. Ki Gusti Rejasa (bermukin di Rejasa)
8. Ki Gusti Bongan (Bermukim di Bongan Kawuh)
9. Ki Gusti Sangian (Bermukim di Banjar Ambengan)
10. Ki Gusti Den
XI Ida Cokorda Sekar(Raja XI)
1. Ki Gusti Ngurah Gede
2. Ki Gusti Ngurah Made Rai (Membangun Puri Kaleran, Kembali masuk puri agung setelah Raja X Wafat)
3. Ki Gusti Ngurah Rai (Membangun puri di Penebel, Menurunkan ki Gusti Ngurah Ubung & Jero Kerambitan/kekeran di Kerambitan)Keturunan Ki gusti Ngurah Ubung Musnah di bunuh dalam perang dengan Ki Gusti Ngurah Agung.
4. Ki Gusti Ngurah Anom (Membangun Puri Mas di sebelah Utara Puri Singasana, seluruh keturunannya musnah di bunuh oleh Ki gusti Ngurah Rai penebel)
XII Ida Cokorda Gede (Raja XII)
1. Ki Gusti Nengah Timpag
2. KI Gusti Sambyahan
3. Ki Gusti Ketut Celuk
XIII Ida Cokorda Made Rai (Raja XIII)
1. Ki Gusti Ngurah Agung Gede (Seda sebelum Mabiseka Ratu)
2, Ki Gusti Ngurah Nyoman Panji (Seda Sebelum Mebiseka Ratu)
3. Kyayi Buruan
4. Kyayi Tegeh
5. Kyayi Beng (Menurunkan Jero Gede Beng, Jero Beng Kawan & Jero Putu)
6. Kyayi Perean (menurunkan Jero Gede Oka, Jero Gede Kompyang)
XIV Ki Gusti Ngurah Nyoman Panji (Tidak menjadi raja, meninggal sblm naik tahta)
1. Ki Gusti Ngurah Agung
2. Ki Gusti Ngurah Demung (Sebagai Pemade di Puri Kaleran)
3. Ki Gusti Ngurah Celuk (Membangun Puri Kediri)
XVKi Gusti Ngurah Agung (Putra Ki Gst Ngr Panji) (Ida Cokorda Tabanan, Raja XIV)
1. Sirarya Ngurah Agung
2. Ki Gusti Ngurah Gede Banjar (Membangun Puri Anom, menetap di saren Kangin)
3. Ki Gusti Ngurah Rai (Diangkat sbg Putra oleh K Gst Ngr demung di Puri Kaleran)
4. Sirarya Ngurah (Diangkat sbg Putra oleh K Gst Ngr demung di Puri Kaleran)
5. Ki Gusti Ngurah Nyoman (Membangun Puri Anom, menetap di saren Kawuh / Saren tengah sekarang)
6. Ki Gusti Ngurah Made Penarukan (Membangun Puri Anyar Tabanan)
XVI Sirarya Ngurah Agung Tabanan (Bhatara Ngaluhur), Raja XV
1. Sirarya Ngurah Agung (Seda sebelum Mabiseka ratu)
2. Ki Gusti Ngurah Gede Mas (Seda sebelum mabiseka ratu)
3. Ki Gusti Ngurah Alit Senapahan (Seda sebelum Mabiseka Ratu)
4. Ki Gusti Ngurah Rai Perang (Membangun Puri Dangin)
5. Ki Gusti Ngurah Made Batan (Puri Dangin)
6. Ki Gusti Ngurah Nyoman Pangkung (Puri Dangin)
7. I Gusti Ngurah Gede Marga (Membangun Puri Denpasar
8. I Gusti Ngurah Putu (Membangun Puri Mecutan Tabanan)
9. Sagung Wah (terkenal memimpi Bebalikan Wangaya melawan Belanda)
XVII Ida Cokorda Rai Perang (Kembali masuk ke puri Agung setelah semua Putra mahkota wafat, merupakan Raja Tabanan ke XVI, Ratu Singasana Tabanan Terakhir, Muput Raga di Badung setelah terjadinya Puputan Badung.
1. Ki Gusti Ngurah gede Pegeg (Turut Muput Raga di Badung th 1906)
2. Sagung Ayu Putu (Pindah ke Puri Anom ) menikah dgn Ki Gusti Ngurah Anom di Puri Anom Tabanan. Menurunkan keturunan di Puri Anom Saren Taman atau sekarang disebut Puri Anom Saren kauh.
3. Sagung Ayu Oka (Menikah dengan Mr.Kramer, Klerk kontrolir Belanda) keturunannya tidak diketahui lagi.
Pada era penjajahan Belanda, Belanda kemudian membentuk suatu daerah otonomi yang dipimpin oleh seorang self bestur. daerah ini disesuaikan dengan pembagian kerajaan2 sebelumnya. untuk Tabanan dan Badung self bestur diberi gelar Ida Cokorda, Gianyar Ida Anak Agung dan sebagainya...
untuk daerah Tabanan, Belanda kemudian memilih I Gusti Ngurah Ketut Putra bungsu dari Ki Gst Ngr Putu di Puri Mecutan, Tabanan sebagai Kepala Pemerintahan Otonomi Belanda. Sesuai dengan SK Belanda, beliau diberi gelar Cokorda.

ARYA WANG BANG PINATIH

| | 5 komentar

Untuk mengetahui sejarah perjalanan Bhatara Kawitan Arya Wang Bang Pinatih, Sabtu (3/11), Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih Wilayah Kuta-Badung melaksanakan napak tilas ke sejumlah pura. Sebelum melaksanakan napak tilas, warga Arya Wang Bang Pinatih melakukan persembahyangan bersama yang dipusatkan di Pura Mutering Jagat di Desa Kerthalangu, Denpasar Timur yang diikuti segenap warga paiketan.
Turut hadir pada kesempatan tersebut Drs. Ketut Sudikerta yang juga sebagai Wakil Bupati Badung, penglingsir Puri Penatih IGN Jaya Negara, Nyoman Sukada (Ketua Harian PHDI Badung) dan warga paiketan dari seluruh Bali . Sekretaris Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih Wilayah Kuta, Ketut Sugita mengatakan, tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui sejarah asal usul perjalanan leluhur Bhatara Kawitan Arya Wang Bang Pinatih, sehingga warga tidak melupakan kawitannya. Selain itu, untuk memupuk tali persatuan kesatuan antar warga paiketan dalam usaha meningkatkan sradha dan bakti kepada kawitannya.
Sugita menjelaskan, pura-pura yang menjadi tempat napak tilas masing-masing Pura Mutering Jagat Desa Kerthalangu, Pura Dalem Bangun Sakti, Pura Dalem Peninjoan, Pura Padang Sakti dan Pura Ajumeneng Sanur. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya dimulai sejak tahun 2003 yang digelar di Wilayah Biting Lumajang Jawa Timur. Selanjutnya tahun 2005 dilaksanakan di Besakih. Untuk tahun 2007 ini pelaksanaannya dilakukan oleh paiketan warga Arya Wang Bang Pinatih wilayah Kecamatan Kuta.
Jumlah warga paketan untuk di Kec. Kuta saja 2020 KK dan ini belum termasuk daerah lainnya di Bali. Sedangkan kepengurusan warga Arya Wang Bang Pinatih di Bali, baru terbentuk di Kabupaten Badung saja. Oleh karena itu, pihaknya berharap warga Arya Wang Bang Pinatih di Kabupaten/Kota se-Bali segera membentuk kepengurusan sehingga terwujud jalinan komunikasi antar warga.Sugita menambahkan, program kedepan pihaknya akan melaksanakan pembacaan prasasti lontar di Nusa Dua serta menerbitkan buku sejarah perjalanan leluhur Bhatara Kawitan Arya Wang Bang Pinatih. (477/*)

KI TAMBYAK

| | 3 komentar

Babad Ki Tambyak

Semoga tiada halangan dengan memuja Ongkara Bali (memuja Tuhan dalam wujud Aksara Suci), dengan anugerah Hyang Prajapati, segala bencana terhindari. Sujud hamba kehadapan leluhur, kehadapan Sang Hyang Bumipati, izinkanlah hamba mengutarakan kisah Arya Tambyak pada masa lampau. Semoga hamba tidak terkena kutukan leluhur, tidak durhaka, tidak tertimpa mala petaka, dan semoga berhasil dengan sempurna, menemukan keselamatan, panjang umur dan seluruh sanak keluarga hamba menemukan kebahagiaan.
Ada seorang brahmana sakti, datang ke Bali, menyertai Paduka Batara Putra Jaya yang bersemayam di pura Besakih, dan Sang Hyang Genijaya yang bersemayam di Gunung Lempuyang. Beliau adalah Begawan Maya Cakru yang gemar bertapa dan berasrama di Silayukti. Entah berapa hari lamanya baginda pendeta tinggal di Bali, dia pun bermain-main di Desa Panarajon di tepi Danau Batur. Tiba-tiba ia disusul oleh isterinya. Ketika tiba di Desa Panarajon, ia sangat kaget melihat isterinya menyusul perjalanannya. Baginda pendeta berkata:
"Wahai Adinda, apa sebabnya Adinda datang, menyusul perjalanan Kakanda, tanpa merasa lelah". Isterinya menjawab: "Sujud hamba kehadapan Paduka Pendeta, hamba berhasrat menyusul perjalanan Paduka". Begawan Maya Cakru menjawab: "Wahai istriku, Kakanda bermaksud menghadap Paduka Bhatari di Ulun Danu. Oleh karena Adinda sedang hamil, janganlah Adinda mengikuti Kakanda". Ketika sang pendeta berkata demikian, tampak isterinya masih tetap bersikeras menyertai suaminya, agar dapat menghadap Paduka Bhatari. Mereka berjalan amat cepat.
Tiba-tiba mereka sudah sampai di tepi Danau Batur, di sana ada sebuah batu datar terletak di bawah pohon kayu mas ( kayu sena ). Di sanalah isterinya duduk, oleh karena terlalu lelah dalam perjalanan. Tidak lama kemudian bayinya pun lahir dan jatuh di atas batu. Batu itu pecah. Baginda pendeta berkata: "Wahai anakku yang baru lahir, aku terpesona menyaksikan kelahiranmu, jatuh di atas batu, namun engkau tidak cedera dan tetap hidup. Karena itu, aku memberikan nama I Tambyak. Sekarang aku akan kembali ke alam dewa (moksa), semoga engkau selaku keturunanku tetap bahagia, panjang umur, sampai kelak tetap dikasihi oleh raja-raja Bali". Demikianlah kata-kata Begawan Maya Cakru, lalu beliau menggaib. Tidak dikisahkan lagi baginda pendeta, sekarang dikisahkan bayi itu sedang menangis menjerit-jerit di atas batu.
Tidak panjang lebar dikisahkan, tersebutlah seorang Kabayan dari Desa Panarajon sedang bermain-main di tepi danau. Bayi itu dijumpai sedang menangis di bawah pohon kayu mas, lalu diambilnya. Bayi itu berhenti menangis. Kabayan Panarajon memungut bayi tersebut dan dijadikan anak angkat. Entah berapa hari lamanya, bayi itu dipelihara oleh orang-orang Bali Aga, ia tumbuh dengan sehat. Alangkah besarnya kasih sayang sekalian orang-orang Panarajon kepada si bayi. Ketika dia sudah bisa membalas budi baik penduduk desa-desa di sekitarnya, lalu ia bergelar Pangeran Tambyak.
Demikianlah ceritanya bahwa ada seorang rakyat di Desa Panarajon Batur amat pandai dalam berbagai ilmu pengetahuan, dan bertabiat mulia. Oleh karena baginda raja ingin mengetahui kehebatan Ki Tambyak, maka Ki Jro Kabayan Panarajon beserta anak angkatnya itu dipanggil agar menghadap ke istana. Demikian pula para menteri istana, antara lain Baginda Kebo Waruga yang memerintah di Blahbatuh, diikuti oleh prajurit pilihan. Baginda Arya Tunjung Tutur memerintah di Tenganan Pagringsingan juga diikuti oleh prajurit terpilihnya. Si Arya Kalungsingkal yang bertahta di Taro diikuti pula oleh para prajurit andalannya.
Demikian pula Ki Pasung Grigis yang menguasai Desa Tengkulak didampingi oleh seorang prajurit terkemuka yang dijuluki Pasar Tubuh Bedahulu, siap-siaga sama-sama memegang senjata, mereka nampak sama-sama tegar, siaga dengan bekal keahlian dan kesaktian, akan bertanding mengadu kekuatan dengan I Tambyak Tidak diceritakan lebih jauh, mereka sudah tiba di kerajaan Batanyar, menghadap Sri Haji Tapohulung. Selanjutnya, para prajurit itu disuruh membuat benteng pertahanan oleh baginda raja, di sebelah timur Desa Pejeng. Orang- orang Panarajon berada di utara. Orang-orang Tenganan, Blahbatuh, Tengkulak, Taro, ada yang berjaga di timur, di barat, dan di selatan. Lalu baginda raja muncul dikawal oleh Baginda Kebo Taruna, Kalungsingkal, Tunjung Tutur, dan Pasung Grigis. Itulah para menteri baginda raja Sri Haji Tapohulung. Dari kursi singasana emas, baginda raja memanggil seluruh prajuritnya untuk bersama-sama berperang melawan I Tambyak.
Majulah seorang prajurit Si Arya Pasung Grigis yang bernama I Kabayan Batu Sepih yang sudah siap siaga dengan senjatanya, yaitu keris Si Pedang Lembu, yang bersinar bagaikan pancaran sinar mercu. Orang-orang Bali selatan bersorak-sorai, silih berganti, oleh karena kemenangan baginda I Kabayan Batu Sepih, oleh karena beliau sudah termashur jaya dalam peperangan. Pada saat itu, orang-orang Panarajon nampak ketakutan. Si Kabayan Panarajon niscaya mampu menghadapi serangan musuh, karena itu Ki Tambyak disuruh bersiap siaga. Baginda raja menyuruh I Tambyak agar siap berlaga. Dia pun datang ke tengah medan laga, sama-sama menghunus keris. Suara kentongan bertalu-talu, tawa-tawa, kendang besar dan bunyi-bunyian mengalun, diiringi dengan suara gamelan, serta suara kendang dan gong beri yang berbarung gemuruh, suara gong itu menggema dibarengi sorak- sorai yang tiada putus-putusnya, sungguh bagaikan gelombang lautan.
Mereka berdua nampak siaga dan mulai mematukkan kerisnya, saling mengintai, saling tangkis, saling sodok, saling tendang, mereka sama-sama pandai memainkan pedang. Mereka bergulat saling tusuk, tubuhnya sama-sama melemas. Debu-debu pun tertidur karena diinjak-injak oleh orang yang sedang berlaga itu, sungguh-sungguh bagaikan peperangan Bima melawan Suyudana ketika mengadu kesaktian. Namun tiba-tiba dalam sekejap saja, Kabayan Batu Sepih terkena tusukan Ki Tambyak sehingga gugur terkapar di tanah. Karena Ki Pangeran Batu Sepih gugur maka seluruh prajuritnya berang. Abitah artinya dia tidak takut kepada orang banyak, pregitah artinya dia tidak takut menandingi musuh yang banyak, dan asayah artinya dia tidak takut mati di tangan musuh. Demikianlah dia tetap berlaga melawan musuh-musuhnya, bagaikan roda pemintalan, I Tambyak berputar-putar. Banyak prajurit yang gugur, tidak ada yang tidak patah lengannya, ada pula ususnya keluar, mayat bertumpuk-tumpuk bagaikan gunung di medan laga, oleh karena telah terbukti kehebatan I Tambyak. I Tambyak disuruh berhenti berperang dan dipersilakan duduk oleh baginda raja. Dengan disaksikan oleh seluruh rakyat dan para menteri. Dia pun diberi pakaian kebesaran seorang patih serta perlengkapan lain yang utama. Oleh karena itu, dia lalu bergelar Ki Patih Tambyak. Entah berapa lama sudah Ki Tambyak menjabat patih, keadaan negeri sangat tenteram di bawah pemerintahan baginda raja Sri Haji Bedhamurdi yang sudah termashur di seluruh negeri. Tidak diceritakan lebih lanjut kejayaan baginda raja dalam memerintah Bali.
Sekarang dikisahkan baginda Patih Tambyak menjadi teladan semua rakyat, dengan sentosa seluruh sanak keluarganya ikut serta menjaga negeri, turun-temurun menjadi patih. Diturunkan dari sifat ayahnya, maka segala bentuk upacara korban selalu dilaksanakan, adat-istiadat berlangsung sebagaimana tercantum dalam purana. Demikianlah keadaan negeri pada masa pemerintahan Patih Tambyak. Setelah berselang beberapa lama, Sri Haji Gajah Wahana dinobatkan menjadi raja Bali Aga. Namun tampak kejanggalan- kejanggalan pada masa pemerintahannya pertanda masa Kali sudah tiba. Sekarang dikisahkan kehancuran kerajaan Bedahulu yang disebabkan oleh serangan Majapahit di bawah pimpinan Patih Gajah Mada, yang membuat tipu muslihat dan menjalankan ajaran aji sukma kajanardanan.
Demikian misalnya terdengar berita kematian Kebo Taruna, tertangkapnya Pasung Grigis di daerah Tengkulak menyebabkan hancurnya kerajaan Bedahulu, juga karena kesaktian Arya Damar yang menguasai ilmu kadigjayan yang sempurna, Sri Haji Bedhamurdi terlebih dahulu meninggal, baginda Patih Kalungsingkal dibunuh oleh Arya Sentong.
Adapun Ki Patih Tambyak, beserta sanak keluarganya, ada yang mati, ada yang masih hidup, ada yang mengungsi terpencar ke sana-sini, ada yang menyusup ke desa-desa, ada yang ke sebelah utara gunung yaitu ke Desa Bungkulan, ada yang ke Jembrana, ada yang ke Tabanan, ada yang ke timur, ke selatan. Mereka tidak berani mengakui wangsanya. Di setiap desa yang disusupinya, mereka senantiasa mengaku keturunan Arya Bandesa. Adapun ketika masa kekalahan Bali Aga, di Bali tidak ada raja. Para dewa pun cemas menyaksikan kehancuran ini. Tersebutlah seorang pendeta suci yang bernama Dang Hyang Kepakisan. Beliau Adalah penasehat Patih Gajah Mada. Konon beliau lahir dari batu. Pada saat beliau memuja Dewa Surya (Surya Sewana), beliau bertemu dengan bidadari. Bidadari itu dinikahinya. Setelah beliau berputra, putra-putranya itu diminta oleh patih Gajah Mada sebagai raja. Yang paling tua dinobatkan di Blambangan, yang kedua bertahta di Pasuruhan, yang perempuan dinobatkan di Sumbawa, dan terkecil dinobatkan di Bali Aga, disertai oleh rakyat yang sakti dan kebal- kebal, serta bertabiat mulia.
Sungguh-sungguh bagaikan Kresna titisan Dewa Wisnu, nyata sekali baginda sudah mendalami Tri Radya. Setelah itu akan dikisahkan baginda Maharaja Kapakisan yang memerintah Bali yang kerajaannya diusahakan oleh patih Gajah Mada beserta pakaian kebesaran kerajaan dan sebilah keris yang bernama Si Ganja Dungkul, lengkap tidak ada yang kurang, serta didampingi oleh beliau Arya Kanuruhan, Arya Wang Bang, Arya Dalancang, Arya Belog, Arya Pangalasan, dan Arya Manguri. Di belakang Arya Wang Bang adalah Arya Kutawaringin dan tersebut pula Arya Gajah Para datang ke Bali dan menetap di Tianyar. Sedangkan Arya Kutawaringin bertempat tinggal di Toya Anyar. Hal itu disebabkan karena dahulu beliau itu ialah guru dari patih Gajah Mada yang kini menyertai perjalanan Arya Kapakisan ke Bali. Ada pula tiga orang Wesya yang berasal dari Majapahit yaitu Si Tan Kober, Tan Mundur dan Si Tan Kawur juga datang ke Bali.
Demikianlah cerita yang tersebut dalam lontar. Jika ada kata-kata yang menyimpang, mohon dimaafkan agar tidak terkena kutukan, dan semoga hamba menemukan keselamatan, tidak menemui rintangan-rintangan sampai pada sanak keluarga dan keturunan-keturunan hamba, selalu dicintai rakyat. Tidak akan dikisahkan lebih jauh mengenai pemerintahan Dalem beserta sanak keluarganya yang beristana di Harsapura (Klungkung). Sekarang akan diceritakan beliau Arya Wang Bang, seorang keturunan brahmana. Pada zaman dahulu ada seorang pengawal turun ke Bali mendampingi beliau Dalem Kresna Kapakisan. Beliau kemudian menguasai wilayah Tabanan. Beliau bernama Kyayi Ngurah Kenceng. Beliau beristrikan putri Pangeran Bendesa Tumbak Bayuh, dan mempunyai dua orang anak laki-laki. Yang tertua bernama Si Arya Rangong dan adiknya bernama Si Arya Ruju Bandesa.
Adapun beliau Arya Rangong amat in hati terhadap adiknya. Kematian adiknya seakan-akan dicari-cari. Namun dia tidak berhasil karena amat besar cinta kasih para dewa terhadap Arya Ruju Bandesa. Ada lagi tipu muslihat Si Arya Rangong yaitu ada pohon beringin yang sangat besar dan tinggi, tempat persemayaman Jro Gede dari Nusa Kambangan. Pohon beringin itu sangat angker, berada di Puri Buahan. Si Arya Ruju Bandesa disuruh memangkas pohon beringin itu oleh kakaknya. Dia tidak menolak dan segera memangkas pohon beringin itu. Semua orang terpesona menyaksikan Si Arya Ruju Bandesa memangkas pohon beringin karena sama sekali tidak tertimpa bencana. Setelah itu, beliau bergelar Arya Notor Waringin, ia amat dicintai rakyat, bakti terhadap dewa, tidak henti-hentinya memuja Tuhan, dalam menciptakan kesejahteraan negeri. Demikian seterusnya, sebuah candi pun telah didirikan oleh Arya Notor Waringin. Namun kakaknya Arya Rangong masih saja merasa iri hati kepadanya. Tiba-tiba dia minggat dari istana, berjalan menyusup ke tengah hutan, sambil memuji kebesaran Tuhan guna mendapatkan kekosongan. Tidak dikisahkan dalam perjalanannya, tiba-tiba dia telah sampai di pinggir sebuah danau dekat Desa Panarajon. Di sana dia bertemu dengan Pangeran Bandesa Tambyak. Mereka berdua saling memperkenalkan diri. Alangkah bahagianya Pangeran Bandesa Tambyak dapat bertemu dengan seseorang yang berbudi luhur.
Entah berapa lamanya Kyayi Notor Waringin berada di Desa Panarajon, bermain-main di tepi danau. Tiba-tiba Paduka Batara muncul di tengah danau. Mereka berdua segera menyembah, tidak berselang lama, akhirnya mereka berdua dipanggil untuk datang dan duduk di hadapan Paduka Batara. Mereka menyembah dengan hati yang suci bersih. Setelah selesai memuja, mereka disuruh naik ke puncak bukit. Mereka tidak menolak perintah Paduka Batara. Pada saat mereka berdua tiba di puncak bukit, mendampingi Paduka Batara, Kyayi Notor Waringin dianugerahi sebuah sumpit. Dia dipersilakan melihat daerah-daerah melalui lubang sumpit itu. Adapun daerah yang berhak dikuasainya, dari timur, barat, utara, dan selatan.
Daerah-daerah itu nampak terang. Tetapi di arah barat laut terlihat sebuah desa yang gelap. Menurut Batara, konon daerah itu akan dikuasai oleh Ki Ngurah Arya Notor Waringin. Demikian anugerah Batara kepadanya. Beliau Arya Notor Waringin kemudian menguasai daerah Badung, didampingi oleh teman dekatnya yang bernama Bandesa Tambyak. Setelah itu, Pangeran Bendesa Tambyak di anugerahi oleh temannya: "Wahai Bandesa Tambyak, betapa besarnya cinta kasihmu terhadap diriku, baik pada saat suka maupun duka, sejak dulu sampai sekarang. Saat ini engkau dan aku berada di daerah Badung atas restu Paduka sejak dulu sampai kelak, tidak dapat dipisahkan, kita sehidup semati, demikian sampai kelak seluruh sanak keluarga dan keturunan Bandesa Tambyak tidak dikenai hukuman. Tidak dijatuhi hukuman mati, jika engkau mendapat hukuman mati, hal itu dapat dibayar dengan uang. Jika engkau didenda dengan uang, itu dapat diampuni. Harta milikmu tidak dapat dirampas. Jika engkau bersalah, engkau akan diusir dan terampuni". Demikian anugerah raja Badung kepada Pangeran Tambyak. Entah berapa lamanya, Sri Anglurah Notor Waringin menjadi raja Badung, didampingi oleh abdi setianya yaitu Pangeran Tambyak, betapa sejahteranya negeri Badung. Tidak ada musuh yang berani menandingi baginda. Semakin hari semakin besar restu dan anugerah Batara kepada baginda. Beliau berhasil membunuh burung gagak siluman, sehingga dia diangkat sebagai menteri oleh Dalem, memimpin para menteri. Entah berapa lamanya Kyayi Notor Waringin memerintah negeri Badung, timbullah niat buruk Ki Bandesa Tambyak, dengan mengadakan huru-hara di istana. Karena itu dia disuruh menguasai desa-desa berikut penduduknya di daerah Bukit Pecatu. Ada pula yang diusir ke Sumerta, dan ada yang ke Desa Pahang. Semua keturunannya hidup tenteram. Tidak akan dikisahkan lebih jauh perihal Sri Anglurah Notor Waringin yang berkuasa di negeri Badung. Putra-putranya silih berganti, turun-temurun menjadi raja. Ada yang bertahta di Puri Tambangan, ada yang bertahta di Puri Denpasar, dan ada bertahta di Puri Kesiman.
Adapun Pangeran Bandesa Tambyak yang berada di Desa Pahang, kemudian mengungsi ke Desa Timbul Sukawati beserta istri, anak-anaknya dan Gusti Grenceng serta I Gusti Brasan. Entah berapa lamanya mereka berada di Sukawati, lalu mereka berpindah lagi, karena kekalahannya melawan Cokorda Karang. Gusti Brasan sudah lebih dulu kembali ke Badung bersama-sama Gusti Grenceng. Adapun Ki Bandesa Tambyak yang masih tertinggal di Sukawati menyamar menjadi Pangeran Pahang. Dia pun masih dikejar-kejar oleh I Dewa Nataran, karena itu ia lari untuk bersembunyi ke pinggir sungai Wos.
Setelah itu dia lari ke arah barat menuju Desa Mantring. Hujan dan angin ribut menyelimuti daerah di sekitar desa itu. Karenanya orang-orang yang mengejarnya kembali pulang. Di sana Pangeran Pahang menangis tersedu-sedu, katanya: "Oh Tuhanku, Dewa dari semua Dewa, beserta Paduka Batara Sang Hyang Siwa Raditya, dan leluhurku yang berada di Desa Panarajon, dan Paduka Batara Dalem di Desa Pahang, lindungilah hamba dari kematian dan kejaran musuh". Tiga empat kali, ia memuja Paduka Batara, Tiba-tiba dari pohon beringin itu muncul sinar, dan I Buta Panji Landung menampakkan diri, amat kasihan melihat Ki Bandesa Tambyak menangis di sisi tempat tidurnya: " Wahai Bandesa Tambyak, aku menganugerahimu, agar engkau menemukan keselamatan". Ki Tambyak menjawab: " Oh Tuhanku, siapa gerangan yang masih menaruh belas kasihan terhadapku?" "Wahai Tambyak, aku adalah Buta Panji Landung, Dewa dari semua Dewa di pohon beringin ini. Wahai Tambyak, semoga engkau menemukan keselamatan, panjang umur, sanak keluarga dan keturunanmu mendapatkan kesejahteraan, dicintai oleh masyarakat, oleh semua mahluk, tidak tertimpa mara bahaya". "Sujud hamba kehadapan Batara abdi Paduka Batara tidak akan meninggalkan desa ini, supaya ada yang menyembah Paduka Batara di sini, sanak keluarga dan keturunan hamba turun-temurun tidak akan lupa menyembah Paduka Batara" "Wahai Bandesa Tambyak, janganlah engkau lupa akan janjimu". Demikianlah anugerah Setelah itu beliau menggaib lagi. Karena itulah jalan itu dinamakan Rurung Panji. Tidak dikisahkan lagi keadaan Ki Tambyak, sekarang akan diceritakan Sri Agung Karang bertahta di daerah Tapesan. Negerinya amat Sejahtera, tidak jauh berbeda dengan kakaknya yang bertahta di Peliatan. Tidak diceritakan lagi Ida Dewa Agung Karang, kini akan diceritakan Ki Bandesa Tambyak yang menetap di Desa Celuk Mantring, sama-sama memiliki tempat tinggal. Setelah itu beliau memindahkan leluhurnya dari Desa Pahang, diwujudkan dalam bentuk Area Batara Siwa Raditya, dijadikan tempat persemayaman Batara Panji Landung yang berada di Madyasari. Demikian cerita Ki Bandesa Tambyak yang berada di Celuk Mantring. Sudah tersurat dalam lontar (prasasti).

ARYA TEGEH KORI

| | 2 komentar

BABAD ARYA TEGEH KURI
Oleh : Bhagawan Dwija
Om Swastyastu,
Arya Kenceng Tegeh Kuri (bukan Kori) adalah anak kandung dari Dalem
(Raja). Ada dua kemungkinan 'Dalem' yaitu :
1.
Dalem Sri Kresna Kepakisan, raja I setelah pendudukan Majapahit,
beristana di Puri Samprangan
2.
Dalem Agra Samprangan, raja II setelah wafatnya Sri Kresna Kepakisan,
juga tetap beristana di Puri Samprangan.
Ketidakjelasan tentang raja yang mana, karena :
1.
Dalam babad Arya Kenceng Tegeh Kuri tidak jelas disebutkan nama Dalem.
2.
Dalam babad Dalem, tidak pernah disebutkan bahwa kedua raja itu pernah
mempunyai anak yang 'dihadiahkan' kepada Arya Kenceng.
Perkiraan itu muncul karena Arya Kenceng adalah salah satu panglima
perang dari pasukan Gajahmada yang menaklukkan Bali di tahun 1300, jadi
seangkatan dengan Dalem Sri Kresna Kepakisan, atau menjadi penglingsir
Dalem berikutnya.
Anak (putra) Dalem itu dianggap bersalah karena merangkul ayahnya yang
sedang duduk di balai persidangan. Oleh karena bersalah, maka anaknya
di-'pecat' sebagai anak, kemudian diberikan kepada Arya
Kenceng untuk diboyong ke istananya di Buahan, Tabanan, serta diberi
nama Arya Kenceng Tegeh Kuri (AKTK).
Sementara itu Arya Kenceng mempunyai anak kandung bernama Arya
Ngurah Tabanan. Setelah Arya Kenceng wafat, terjadi perselisihan diantara
anak kandung dan anak angkat, sehingga AKTK merantau dan akhirnya
menetap di Benculuk (Tonja - Denpasar)
Suatu ketika, ATKT mempunyai anak gadis bernama Ni Gusti Ayu Mimba;
gadis ini diperebutkan oleh anak Arya Ngurah Tabanan bernama Arya
Pucangan, dengan rivalnya, putra Raja Menguwi.
Karena AKTK memihak Menguwi, maka puri Benculuk digempur oleh Arya
Pucangan, maka disinilah berakhirnya kerajaan Benculuk.
Keturunan AKTK semuanya menyebar ke seluruh Bali.
Om Santih, Santih, Santih, Om

ARYA KANURUHAN

| | 0 komentar

BABAD ARYA KANURUHAN (BRANGSINGA, TANGKAS, PEGATEPAN)
I. PENDAHULUAN.
1, Latar Belakang.
Terdorong keinginan untuk mengetahui riwayat dari kawitan Tangkas yang hingga sekarang ini masih kacau karena masing masing buku memberikan penjelasan – penjelasan yang berbeda -beda, sehingga timbul niat kami untuk mencari titik kebenaran tentang riwayat Tangkas tersebut, seperti asal usul mereka dan apa fungsinya di dalam menjalankan tugas ncgara dan Agama
Untuk menelusuri ini kami mulai bertitik tolak dari sejarah Zaman Kediri, Singosari dan Majapahit karena ketiga kerajaan ini dapat memberikan andil yang sangat besar terutama dalam bidang Kesusasteraan, oleh karena itu kesusastraan pada zaman ini banyak menguraikan tokoh tokoh yang nantinya sangat erat hubungannya dengan warga- warga yang ada di Bali
2. Ruang Lingkup.
Dalam menguraikan suatu babad, perlu kami batasi sampai di mana kami menggali babad tersebut. Riwayat ini kami galj mulai adanya kcrajaan Kediri, yang kemudian di lanjutkan dengan berdirinya kerajaan Singosari dan Majapahit, Expedisi (Gajah Mada ke Pulau Bali, yang diperintah oleh Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten, dengan Maha Patihnya yang bernama Ki Pasung Grigis, membawa suatu hikmah tersendiri terhadap perkembangan Warga yang berada di pulau Bali.
Setelah beberapa lama maka Gajah Mada mengirim raja ke Bali yaitu KresnaKepakisan dengan bcrsetana di Samplangan. Setelah berhasilnya pemerintahanSri Kresna Kepakisan maka masing - masing Arya diangkat menjadi Menterialau Punggawa.c
Di dalam beberapa naskah menyebutkan bahwa Arya Kanuruhan mendapat tugas di Tangkas, dan Arya inilah yang mendirikan tempat pemujaan di Desa Tangkas, guna memuja leluhur mereka yang ada di Tanah Jawa, yang kemudian menjadilah Pura Kawitan Tangkas Kori Agung sekarang.
Demikianloh ruang lingkup pcmbahasan kami dalam menyusun riwayat Arya Kanuruhan, sebagai peletak batu pertama di Pura Kawitan Tangkas.
Scmoga tulisan ini ada manfaatnya bagi saudara.
II.LELUHUR KELUARGA ARYA KANURUHAN DI TANAH JAWA.
Untuk menelusuri leluhur keluarga Tangkas di lanah Jawa, kita tidak dapat lepas dari kerajaan Kediri karena leluhur Tangkas ini dibesarkan di keraton Kediri
Pada tahun 1222, maka memerintahlah raja Kediri yang tcrakhir yang bcrnama Kcrtajaya ( sering disebut dangan nama Dandang Gendis Kemudian raja Kertajaya mendapat serangan dari Ken Arok, sehingga terjadilah pertempuran yang sengit antara Ken Arok dan pasukan Kediri dimana pasukan Kedin berhasil dikalahkan dalam pertempuran. Di dalam masa kehancuran dari kerajaan Kediri ini, maka pasukan Kediri lari tunggang langgang.
Maka tersebut dua orang perwira yang sangat gagah berani yang masih adahubungan darah dengan Jaya Katowang dan Ciwa Waringin yaitu Jaya Katha dan Jaya Waringin. Didalam pertempuran yang sengit Jaya Katha dapat pula melarikan diri beserta dengan istrinya de daerah Tumapel, dimana istri tersebut scdang hamil !tia Di daerah Tumapcl inilah beliau disambut oleh keluarga Gajah Para ( keluarga dan istri) (Jan keluarga Kebo !jo.
Di daerah Tumapel beliau lama disana yang akhimya beliau mclahirkan putra 3 ( tiga ) orang seperti tersebut dalam Babad Arya Kanuruhan sebagai berikut :
” Pira kunang Suwenira hanengkana marek pawekang kala, ri wekasan Jaya Katha awangsa jaiu tatiga; Jyesta abhiseka Arya Wayahnn Dalem Manyeneng. Panghulu apanagaran Arya Katanggaran, Pamungsu Arya Nuddhata, tan waneh ibu sira katiga sangkana Wangsan sira Jaya Katha.
Art;b e b a s;
Setelah sedemikian lama beliau berada di sana ( Tumapei ) maka akhirnya Jaya Katha melahirkan 3 orang putra yang bernama Arya Wayahan Dalem. Yang ke dua, Arya katanggaran, dan ketiga yang terkecil bernama Arya Nuddhata, oleh karena ibu mereka berjumlah 3 (tiga ) orang, demikianlah keturunan Jaya Katta
Tersebutlahsekarangputrabeliau yangNomor dua yangbcrnama Arya Katanggaran mengambil istri dari keluarga Kebo Ijo.Yang mana akhimya perkawinan ini melahirkan Kebo Anabrang bcliau diberi nama Kebo Anabrang karena bcliau diutus oleh raja Singosan ke daerah seberang
MeUyu dalam rangka memupuk persahabatan dengan kerajaan Melayu dan Sri Wijaya karena kedua ncgara ini memiliki angkatan Laut yang sangat.kuat dan Sri Wijaya adalah ncgara Marinlr Daiam rangka persahabatan ini, Kebo Anabrang datang ke Tanah Melayu dengan pasukan yang discbut cicngan nama pasukan Pamalayu ( 1275 1 292 ) Kedatangan pasukan Pemelayu dari daerah Melayu setelah menyelesaikan masa tugasnya maka setibanya di Singosari mereka tidak melihat lagi kerajaan Singosari, sehingga datanglah Kebo Anabrang ke kerajaan Mojopahit karena kerajaan Mojopahi! adalah di perintah oleh Raden Wijaya yang merupakan. pewaris langsung dan kerajaan Singosari. disamping Raden Wijaya juga mengawasi ke empat putra kerajaan Singosari.
Kedatangan Kebo Anabrang dari Melayu maka beliau membawa dua orang putri yang bernama Dara Petak dan Dara Jingga kedua pvitri kerajaan Melayu ini diperscmbahkan kepada Raden Wijaya. Dara Pelak diperistri oleh Raden Wijaya, yang nantinya mclahirkan putra bernama Kala Gemet. Scdangkan Dara Jingga kawin dengan keluarga raja maka lahirlah Aditya Warman, yang nantinya menjadi raja di kerajaan Melayu.
Kedatangan pasukan Pemelayu ini membuat besarnya hati Raden Wijaya di kerajaan Mojopahit, oleh karena itu beliau menobatkan diri menjadi raja pada tahun 1294, seita di dampingi oleh Panglima perang Kebo Anabrang. Setelah bebcrapa lama Kebo Anabrang bertempat tinggal di Mojopahit, akhirnya beliau mengambi! istri dari keluarga ksatrya keturunan Singosari. Perkawinan dengan putri Singosari, melahirkanlah ia seorang putra bernama Kebo Taruna, yang merupakan nama yang diberikan oleh ayah beliau saat beliau masih kecil, sedangkan nama julukan yang diberikan kepadanya, bila menghadapi perang dan sebagai Panglima perang, adalah Sirarya Singha Sardhula, karena beliau bagaikan Singha menghadapi musuh di medan perang. Lama kelamaan Kebo Taruna ini diberi pula julukan Kanuruhan saat beliau diajak oleh Gajah Mada mengadakan penyerangan ke Bali, dalam rangka melaksanakan sumpah Palapa. Beliau diberi nama Kanuruhan karena jabatan beliau dalam Expidisi ke Bali, beliau diberikan pangkat sebagai Kanuruhan, yang lama kelamaan beliau memakai gelar Sirarya Kanuruhan.
I”PERKEMBANGAN KELUARGA KANURUHAN PI BALI.
Tahun 1343 adalah mempakan tahun Expedisi ( penyerangan ) Gajah Mada ke tanah Bah, karena pada waktu ini Raja Bali yang bergelar Sri Asta Sura Ratna Bhumi Banlen telah rnerasa yakin akan kekuatan dirinya dan ingin melcpaskan diri dari kerajaan Mojopahit yang pada waktu ini dipenntah oleh seorang raja putri bernarna Tri Bhuana Tungga Dewi, karena pada umumnya raja raja Bali sangat erat hubungannya ( hubungan darah } dengan raja Kediri, schingga sangatlah sukar bagi raja Bali untuk inelepaskan din dengan raja Kedin. Utituk itu raja Bali mengadatan persekongkeian dengan raja Suradenta dan Suradenti dari Kerajaan Blambangan dalam rangka bekerja sama untuk menggempur Mojopahit, dan kcrja sama ini di tanda tangani oleh Maha Patih Pasung Grigis mengatas namakan raja
Pimpinan Expedisi ke tanah Bali, di pirnpin langsung oleh Gajah Mada beserta AryaArya lainnya sehingga Bali di kepung dan di gempur dari empat jurusan yakni Dari jurusan Timur di bawah pimpinan Gajah Mada.
Dari jurusan Utara di bawah pimpinan Arya Damar, Arya Sentong dan Arya Kuta waringin
Dari jurusan Barat di pimpin oleh tentara Sunda
Dari jurusan Selatan di pimpin oleh Arya Kenceng, Arya Belog, Pengalasan, Arya kanuruhan, dan Arya Belotong.
Sedangkan Panglima Bali pada saat ini muncullah:
Menghadapi serangan Timur, dipimpim oleh Ki Tunjung Tutur dan Ki Kopang
Menghadapi serangan dari Utara Ki Girilemana dan Ki Bwangkang.
Menghadapi serangan dari Selatan, di pimpin oleh Ki Gudug Basur, Dhemung
Anggeh,
dan Ki Tambyak,
Menghadapi serangan umum, Ki Pasung Grigis dan Pangeran Madatama
Dalam perang yang sengit ini masing-masing Panglima telah di hadang oleh Panglima Bali, maka tersebut si Arya Kanuaihan yang memimpin pasukan dari Selatan disambut dengan gegap gempita oleh tentara Bali dengan sorak gemuruh beserta gagah perkasa sehingga terjadi pertempuran yang sangat mengerikan, banyak para tentara yang gugur di medan perang. Ki Tambyak dapat di kalahkan oleh si Arya Kenceng, sedangkan Ki Gudug Basur sangat kebal tidak ditembus dengan senjata. Perang yang dasyat antara Si Arya Kanuruhan dengan Ki Gudug Basur, sama-sama kuat dan sama sama kebal. Oleh karena Ki Gudug Basur hanya sendirian, menghadapi Panglima Mojopahit silih berganti, akhimya Ki Gudug Basur mati kepayahan kehabisan nafas.
Bedahulu terkepung dari semua jurusan pertempuran berkobar dan menimbulkan korban yang sangat banyak.
Pangeran Madatama pernirnpin pcrawg*rcrdc3£5rT”jTifirupakan pulra mahkota, kcrajaan Bcdahulu gugur >d-alarrr pertempurarr dan “giifjTirFrya1 putra mahkota ini menyebabkan sedihnya raja Bcdahulu dan akhirnya waiat Pertempuran di ianjutkan oieh Ki Pasung Gerigis dan pasukan Ki Pasung Gngis tidak mampu di tandingi oleh pasukan Gajah Mada dan Arya lainnya sehingga pasukan Gajah Mada merasa kcwalahan menghadapi pasukan Pasung Grigis, yang akhimya pasukan Gajah Mada menaikkan bendera putih, untuk mcngadakan penindingan dcngan Pasung Grigis. Pasung Grigis sarigat gcmbira karcna itu terjadilah persahabatan dengan tcntara Mojopabii Pada Ma!, terjadi perdamaian ini datanglah utusan dan Mojopahit, yai!u Kuda Pengasih yang mcrupakan adik sepupu dari Ken Bebed yaitu istri dari Gajah Mada. Kcdatangan Kuda Pengasih kc Bali untuk memohon agar Gajah Mada cepat kcmhali ke keraton Mojopahit
Pada kesempatan yang baik ini Gajah Mada mengajak Ki Pasung Grigis pergi ke Mojopahit dcngan membawa emas manik, sebagai tanda pcrsahabatan. Setelah berada di Mojopahit Ki Pasung Grigis merasa dirinya tcrtipu, dimana ia menang pcrang, namun kalah taktik, karena menghadap Mojopahit berarti kalah total
Pada saat Gajah Mada meninggalkan Bali, maka untuk keamanan pulau Bali, maka Gajah Mada menempatkan tentaranya di pulau Bali sebagai berikut:
Arya Kuta Waringin di Gelgel
-Arya Kenceng di Tabanan.Arya BArya Dalancang di Kapal
-Arya Belotong di Pacung.Arya Sentong di Carang sariArya Kanuruhan di Tangkas.Kryan Punta di Mambal.
-Kryan Jerudeh di Temukti.Kryan Tumenggung di Patemon
Arya Demung Wang Bang di Kertalangu. ( keturunan Kediri ). Arya Sura Wang Bang ( Keturunan Lasem ) di Sukahet.
-Arya Wang Bang ( Keturunan Mataram ) di pusat Bedahulu, ?Arya Melel Cengkrong ( Jaran bhana ) di Jembrana.
Arya Pemacekang di Bondalem.
Untuk meredakan hati Ki Pasung Gngis terhadap Mojopahit maka Pasung Gngis diangkat sebagai menteri kerajaan Bcdahulu, namun tetap diawasi olch Gajah Mada, Untuk menguji kesetiaan Pasung Grigis terhadap Mojopahit maka Pasung Grigis di penntahkan untuk menumpas gerakan raja Sumbawa, yang bernama Dedela Natha, yang mgin melcpaskan diri terhadap kerajaan Mojopahit, disinilah Ki Pasung Grigis mati dalam medan perang bersama - sama dengan raja Sumbawa dalam pcrang tanding.
Dengan tiadanya Ki Pasung Grigis terjadilah kekosongan pemerintahan di pulau Bali, u/alaupun sebahagian besar tentara Expidisi Gajah Mada di tempatkan di pulau ini untuk mengawasi keamanan, tetapi ternyata pasukan ini tidak mempu menjamin ketertiban sepenuhnya, karena tentara Mojopahit kurang bijaksana dan selalu memperlihatkan keangkuhan sebagai seorang pemenang, sedangkan orang Bali belum bisa menerima pemerintahan Mojopahit yang bukan merupakan keturunan raja - raja Daha, dengan demikian keadaan semakin menjadi kacau karena munculnya pemberontakan - pemberontakan.
Mclihat keadaan Bali semakin rumit, maka Patih Ulung, Pamacekan clan Ki Pasekan, Kiyayi Padang Subadra memberanikan diri menghadap ke Mojopahit dan mohon diadakan wakil raja yang mampu meredakan ketegangan yang ada di tanah Bali
Terpikirlah oleh Maha Patih Gajah Mada untuk mencari tokoh yang masih ada hubungannya dengan raja raja Daha, tetapi tidak diragukan kesetiaannya terhadap Mojopahit. Setelah dinindingkan maka terpilihlah putra dari Mpu Kepakisan yang bcrnama Empu Kresna Kepakisan seorang keluarga Brahmana yang masih ada hubungan darah dengan Daha (Kediri), sehingga dengan pengangkatan ini maka statvis ke Brahmanaannya diturunkan menjadi Ksatrya.
Kcdatangan Dalem Ketut Kresna Kepakisan menjadi raja di Bali ( Bcliau dinobatkan pada tahun ” Yoga Munikang netra den ing Bhaskara ( 1274 Caka) maka beliau tidak memilih tempat di Bedahulu. Akan tetapi beliau menempatkan diri di Samprangan, dengan maksud untuk menjauhkan diri dari ketegangan - ketegangan dalam ibu kota, akan tetapi cukup dekat untuk mengadakan pengawasan, sehingga pemerintahan dapat berjalan dengan obyektif. Ketertiban Bali ternyata belum bisa ditertibkan, banyak orang Bali Aga masih belum mau menyatakan setia kepada penguasa Samplangan, walaupun sudah dipenuhi tuntutan - tuntutan mereka seperti yang pernah disampaikan oleh Patih Ulung. Untuk meiemahkan pemberontakan Bali Aga tersebut maka Gajah Mada mengirim beberapa pasukannya ke Bali ; seperti : Tan Kober, Tan Kawur, Tan Mundur, dan Arya Gajah Para, sehigga terjepitlah daerah Bali Aga, dan tidak dapat berbuat banyak.
Setelah aman kerajaan, maka disusunlah struktur pemerintahan Bali seperti
Raja: Penguasa tertinggi.
Patih Agung.: Perdana Menteri.
Patih.
Bata Mantra (Tanda Manteri. )
Demung (Urusan Upacara ).
Temenggung ( Pemimpin tentara Rakyat.—
Di daSam mengatur pemerintahan, maka Arya Kanuruhan dan Arya Kuta Waringin mendapat tempat sebagai menteri Sekretaris Negara, karena kedua orang ini merupakan ksatrya keturunan Kediri, dan sangat pandai da!am ilmu pemerintahan Negara. Untuk mengisi kekosongan dalam pemerintahan, maka diangkatlah Pangeran Nyuh Aya menjadi Pagih Agung , Arya Wangbang menjadi Demung. Dcmikianlah akhimya raja Kresna Kepakisan Wafatpada tahun £aka 1302.
Tersebutlah sekarang Si Arya Kanunihan yang menjadi Menteri Sekretaris Negara dan bertempat tinggal di wilayah Tangkas kini beliau telah menginjak masa tu,i dan beliau telah banyak menulis buku - buku tentang Sasana Mantri (,Iob training dari masing - masing Mantri) oich karena itu beliau m?!bIu diikut sertnkan sebagai pcnd.miping raja guna memberikan pertimbangan sesuatu sebeium diputuskan oieh raja.
Segabai generasi penerus yang dilahirkan oleh Arya Kanuruhan antara lam adalah:
-Arya Brangsinga, anak yang tertua
-Arya Tarxjkas, adalah putra beliau yang nomor 2 ( dua ).
-Arya Pegatepan adalah putra beliau yang nomor tiga.
BRANGSINGA
Putra beliau seperti terscbut di atas memiliki ilmu yang sama dalam pemerin-tahan negara oleh karena itu kesemua putra beliau dipergunakan sebagai pendamping raja. Sedangkan putra beliau yang tertua yaitu Arya Bangsinga diangkat oleh raja sebayoi pengganti ayahda Arya Kanuruhan sebagai menteri Sekretaris Negara. Yang sangat menyukarkan bagi Arya Brangsinga dalam pemerintahan, karena sang raja yang bergelar Dalem Hile kurang waras, sehingga akhimya banyak yang menyhadap dari Jawa tidak puas, oleh karena itu Arya Brangsinga akhimya mengadakan sidang kerajaan untuk mengambil keputusan untuk pengangkatan Dalem ketut Ngelesir menjadi Raja. Beliau Dalem Ketut Ngelesir, setiap hari pergi ke desa - desa untuk berjudi, berkat kebijaksanaan para Mantri maka akhimya beliau diketemukan di desa Pandak oleh Bendesa Gelgel dan disini beliau dimohonkan untuk menjadi raja, sehingga berdirilah kerajaan baru, yaitu kerajaan Gelgel, tahun 1305 Qaka.
Di dalam menjalankan pemerintahan, Dalem Ketut Ngelesir mengangkat beberapa pendamping antara lain :
-Kryan Patandakan, manjadi Tanda Mantri.
-Arya Kebon Tubuh, menjadi Patih.
-Arya Brangsinga menjadi Menteri Sekretaris Negara.
Arya Brangsinga yang berkedudukan sebagai Mentri Sekretaris Negara, lalu beliau mempunyai dua orang putra yang diberi nama :
-Kiyayi Brangsinga Pandita ( Anak pertama )
-Kiyayi Madya Kanuruhan, ( anak ke dua )
Kcdua pulra beliau ini sangat tampan dan mcmiliki ilmu pemerintahan yang sangat tingyi oleh scbab itu salah salu putra beliau yang bernama Kiyayi Brangsinga Pandita, dipercayakan sobagai pendamping raja Dalem Ketut Smara Kepakisan ( Dalem Ketut Ngclesir). saat beliau di undang untuk menghadap kepada Sri Maha Raja Hayam Wuruk di Kcrajaan Mojopahit, pada waktu raja Hayam Wuruk akan rrielakukan upacara Caradha, yaitu Upacara yang dilakukan setiap 12 tahun sekali dengan tujuan untuk menghormati arwah nenek moyang raja - raja Mojopahit, disamping upacara ini sebagai upacara kcagamaan maka upacara ini mengandung pula arti politik dimana pada upacara ini menghadaplah para adipati dan raja raja bawahan dengan membawa upeti sebagai tanda patuh, sehingga raja Hayan Wuruh, martabatnya menjadi naik.
Pada saat menghadapnya raja Bali dihadapan Sri Baginda Hayam Wuruk, maka raja Bali mendapat pituah di dalam pemerintahan hendaknya berpegang teguh pada Manawa Dharma Castra, yang merupakan pedoman hukum di dalam menjalankan roda pemerintahan ; disamping itu maka Sri Baginda Maha Raja Mojopahit juga menganugrahkan keris kepada raja Bali yang diberi nama:
-Keris Canggu Yatra, karena keris ini dapat berputar-putar di desa Canggu.
-Keris yang diberi nama Naga Basuki,Yaitu keris yang berisi gambaranNaga Taksaka yang sangat sakti.
Setelah tiba di rumah yaitu pulau Bali, maka pemerintahan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kerajaan Mojopahit.
Pada saat pemerintahan Dalem Watu Renggong di Gelgel, tersebutlah beliau Kiyayi atau Arya Brangsinga telah menjadi tua dan akhirnya beliau diganti oleh putra beliau yang tertua yaitu Arya ( Kiyayi) Brangsinga Pandita sebagai Manteri Sekretaris Negara. Karena mahirnya beliau di dalam ilmu ke Tata Negaraan maka beliau di berikan anugrah atau piagam oleh raja Dalem Waturenggong yang disaksikan oleh Brahmana - brahmana keturunan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh.
Adapun isi piagam itu sebagai berikut:
” Hai kita Brangsinga, kita tosing Ksattya, mangke Arya pwa pawakanta, apaart ira amatihi ingong, Ingong Iccha Pyagam, gagaduhan iawan kita, sinerating lapihan, maka pamiket baktin ta atuhan, Yeka wistrakena, ri santana prakti santananta kateka tekeng wekas, didine tan singsala ring ulah anawi, angamong manteri sasana, mwang sapratyekaning pati Iawan hurip, Ingong lugraha ri kita, aywa cawuh mwang bucecer, aywa predo, apan donating uttama ri kawanganta, mwah wus siddha linugrahan, de sang wawu rauh, apan mangkana mulaning Wilwatikta.
Arts bebas:
Hai engkau Brangsinga, kamu adalah ketuninan dari Ksatrya, sekarang kaniu kubenkan nama Arya karena kamu sangat patuh padaku ( Raja), aku akan membenkan piagam kcpadamu, yang kamu harus pegang atau tulis pada Icmpengan, sebagai landa baktimu kepada raja, itulah yang patut engkau ikuti, sampai dengan keturunanmu, agar jangan menimbulkan hal yang tidak baik didalam kamu mengabdi, kamu sewajarnyalah memegang kewajiban - kewajiban yang harus dilakvikan oleh para mcntcn (Menleri Sasana ) baik membenkan hukuman mati maupun hidup, hal ini aku serahkan scmuanya padamu, janganlah kamu bermain main, dan janganlah kamu lengah, olch karena niaha utama penugrahanku ini.
Setelah diberikan anugrah yang maha suci oleh Sang Pandita Wawu Rawuh ( disaksikan ) karena dialah ( Brangsinga ) yang ikut datang dan menerima anugrah di Mojopahit.
Demikianlah bunyi piagam yang diberikan oleh raja ( Dalem ) kepada keluarga Barangsinga.yang diterima olch Kryan Brangsinga Pandita, dengan ucapan terima kasih di bawah duli tuanku raja semoga piagam tersebut dapat dipahami dan dilaksanakan olch prati sentanan atau turunan hamba. Setelah lama Kiyayi Brangsinga berada di bumi maka beliau dimakan waktu dan menjadi tua dan akhimya mati. Sebelum beliau menmggalkan dunia ini, beliau telah memiliki 2 ( dua ) orang putra yaitu:
-Ki Gusti Singa Kanuruhan, beliau diangkat menjadi patih untukmelakukan perang.
-Ki Gusti Madya Kanuruhan. beliau mengantikan ayah beliau menjadiMantri Sekretaris Negara.
I Gusti Singa Kanuruhan yang menjadi Patih atau senapati bcliau kawin dengan seorang wanita dari Padang Rata, dan berputra 3 ( tiga ) orang, dua laki laki dan satu perempuan yang diberi nama:
-YangpertamaKi GustiBrangsinga Pandita(untuk mengenang namakakek beiiau ).
-Putra yang kedua ini adalah wanita, di beri nama I Gusti Luh Padangrata.
-Putra yang ketiga dan yang terkecil, adalah I Gusti Singa Padangrata
Sedangkan 1 Gusti Madya Kanuruhan yang menjabat Mantn Sekretaris Negara daiam zaman pemerintahan Dalem Bckung, dan dari beliau ini monghasilkan 3 ( tiga ) putra antara lain:
•Ki Gusti Gede Singa Kanuruhan.
-Ki Gusti Madya Abra Singa Sang San
-Ni Gusti Ayu Brangsinga yang nanti dipakai istri olch I Gusti Ngurah Jclantik,( cucu dari Jclantik Bogol) .
Tersebutlah kemudian Ki Gusli Madya Abra Singosari beliau ini mengganti-kan kedviclukan ayahanda menjadi Menteri Sekretaris Negara, yang mana beliau mengambil istri dari Padang galak, akhirnya berpulralah beliau yang diberi nama:
-Ki Gusti Luh Padang Galak.
-Ki Gusti Singa Lodra.
-Ki Gusti Kesari Demade.
Ki Gusti Madya Kanuruhan karena setia beliau pada raja Dalem Bekung, dimana kesalahan yang dilakukan oleh Dalem Bekung mengenai masalah perempuan maka meletuslah pemberontakan baru yang dipimpin oleh Pande Base, sehingga raja Dalem Bekung melarikan diri yang pertama kearah Kapal dan kemudian pindah ke Purasi, disinilah beliau menetap beserta Kiayi Gusti Madya Kanuruhan.
Setelah Gelgel kosong naiklah menjadi raja Ida Dalem Anom Sagening. Dalam pemerintahan beliau sangat aman dan pembrontakan - pembrontakan mulai dipadamkan. Oleh sebab Ki Gusti Madya Kanuruhan mengikuti Dalem Bekung dan bertempat tinggal di Purasi maka sebagai Menteri Sekretaris Negara dalam pemerintahan Dalem Sagening adalah Ki Gusti Madya Abra Singosari.
Salah satu keturunan dari Brangsinga ini, ada pula di kirim ke tanah Lombok, setelah beliau mengalahkan musuh di Kuta. Adapun beliau ini bernama Ki Gusti Singa Padang Rata, putra dari I Gusti Brangsinga Pandita. Oleh karena 1 Gusti Brangsinga Pandita hanya memiliki satu putra, dan telah dikirim beperang ke tanah Lombok, maka beliau menjadi sepi yang akhirnya beliau kawin lagi dengan 1 Gusti Luh Padang Galak. Dari Perkawinan ini maka memperolehlah 3 ( tiga ) orang putra antara lain:
-I Gusti Padang Rata, yang nantinya ditempatkan di desa Tanggu Wisia.
-Putra Nomor 2 ( dua ) bernama 1 Gusti Padang Galak.
-Yang tcrkecil, Ki Gusti Podang Kanuruhnn, yang kemudian bertempat tinggaldiKuta
Diceritakan kemudian 1 Gusti Singa Lodra, putra dari I Gusti Abra Singosari, beliau pergi meninggalkan Gelgel menuju desa Blahbatuh , bersama dengan Kryan Jelantik yang masih merupakan ipar beliau, di Belahbatuh. Beliau bertempat tinggal di desa Brangsinga di sebelah Selatan dari kota Belahbatuh, disini beliau kawin lagi, maka beliau memperoleh putra tiga orang yaitu
Ki Gusti Sabranga, yang nantinya berdomisili di Seblanga ( Badung ).
Ki Gusts Made Belang, beliau bertempat tinggal di Blangsinga ( Blahbatuh }
I Gusti Padang Singa
Dari Putra kedua yaitu Ki Gusti Made Bclang, bcliau di Blangsing, bcrpuira 1 Gusti Singa Padu. 1 Gusti Singa Perang. i Gusti Padang Singa. IGusti Singa Aryata.
Kcmbali kita membicarakan masalah Gclgel. Sepeninggal beliau I Gusti Singa Lodra, maka kedudukan sebagai menteri Sekretans Negara dipegang olch putra bcliau yang bcrnama:
-! Gusti Brangsinga Pandita.
-Ki Gusti Madya Kanuruhan
Suatu putra yang lain dari Brangsinga, adalah putra dari I Gusti Gcde Singa Kanunahan dan 1 Gusti Madya Abra Kanuruhan kedua putranya mengikuti penyerangon daiem Pemayun ke Purasi untuk membela Dalem Bekung yang di kup o!e.h Kryan Made dari ketumnan Kcbon Tubuh.
Adapun putra lain yang dimiiiki oleh Singa Gede Kanurungan lalah:
! Gusti singa Nabrang. I Gusti Madya Abra Singosari. 1 Gusti Nyoman Singosari. 1 Gusti Singa Gara.
Adapun putra ke dua dan Singa Gede Kanuruhan, yang bemama I Gustas Made Abra Singosari beliau berputra;
! Gusti Wayan singa kanuruhan 1 Gusti Kesari Dimade I Gusti Nyoman Singa Rai. Ki Grusti Nyoman Singa Raga.
Sedang putranya yang bernama:
Ki Gusti Singha Anabrang, beliau aWiirnya menjadi kepala Desa Watwaya cli Karangasem, dan bertempat tinggal di Sclatan Pasar
• Ki Gusti Nyoman Singosari beliau akhirnya bertempat tinggal di Menguwi, dan akhirnya beliau pergi ke desa Penebel, dan terakhir beliau bcriempat tinggal di desa Rangkan
-Ki Gusti Singa Gara beiiau mernerintah di Subagan,
Putni putra beliau Abra Singosari seperti
Ki Gusti Wayan Singa Kanumhan, memerintah di desa Bulakan
Ki Gusli Kcsari Dimade, memcrintah di Ujung.
Ki Gusti Nyoman Singa Rai, memerintah di Desa Abyan Jero.
TANGKAS.
Putra dari Arya Kanuruhan yang kedua adalah Kiyayi Tangkas yang sering pula disebut Pangeran Tangkas. Beliau berlugas ( mcndapat tugas ) dari raja scbagai Rakryan Apatih, karena Kiyayi Tangkas sangat bakti kepada Dalem, sehingga Pangeran Tangkas sipergunakan sebagai Rakryan Patih tedeng aling aling raja. Kesetiaan Pangeran Tangkas terhadap raja maka segala perintah raja tidak pemah ditolaknya.
Tersebutlah Pangeran Tangkas diperintahkan oleh Raja untuk memegang tampuk pemerintahan di wilayah Kertalangu oleh karena pemegang wilayah Kertalangu ( keturunan Arya Demung Wangbang) meninggalkan wilayah tersebut karena mereka dikalahkan oleh semut. Untuk mengisi dan mengamankan wilayah Kertalangu ditempatkannyalah Pangeran Tangkas disana.
Di Kertalangu inilah akhimya Pangeran Tangkas tinggal menetap. Pangeran Tangkas, beliau mempunyai seorang putra, yang bemama Kiyayi Tangkas Dimade. Karena dimanjakan akibatnya Tangkas Dimade akhimya buta mengenai huruf sandi.
Pada suatu hari ada seorang yang dianggap salah oleh raja dan menurut sesana ( hukum ) orang ini harus dihukum mati. Orang yang salah ini diutus oleh raja ( Dalem ) untuk membawa surat ke Badung ( Kertalangu ). Adapun isi surat ini adalah
pa - pa - nin - nga - tu - sc - li - ba - nc - te -tih.
Dalam tulisan rahasia tersebut diatas, Dalerp b>ermaksud membunuh orang yang membawa surat ini, akan tetapi setelah Sang membawa surat tiba di Kertalangu, maka Pangeran Tangkas saat ini tidak berada di rumah, karena beliau pergi ke tegalan mencari burung, oleh sebab itulah anaknya didekati oleh utusan tersebut, dan Tangkas Dimade yang sedang bekerja di sawah lalu diberikan surat tersebut karena Tangkas Dimade tidak bisa membaca hurup sandi maka surat yang diberikan oleh utusan tersebut diterima dcmikian saja. Setelah surat tersebut diterima maka utusan tersebut pergi dengan cepat. Pada saat ayahnya tiba di rumah maka ayahnya didekatinya serta diaturkan surat tersebut kepada ayahnya dan dengan segera surat tersebut di baca isinya, berkatalah ayahnya kepada putranya Tangkas Dimade. ; ” Anakku Tangkas, apakah dosa yang kamu buat terhadap Dalem ? karena isi surat ini menyebutkan bahwa ayah membunuh bagi ia yang membawa surat ini. Siapakah yang membawa surat ini ‘ Apakah dosamu terhadap Dalem ?, dan bingunglah ayahnya berpikir - pikir mengenai hal tersebut. Berkatalah putra beliau : ” Ya ayahku samasekali saya tidak merasa din bersalah terhadap Dalem, sedikitpun saya tidak merasakannya, bersalah terhadap beliau sesungsungan kita.
Mendengar ucapan putranya itu menangislah ayahnya, sambil menasehati anaknya ” Jika demikian halnya, tetapkanlah pendirianmu sebagai tanda bakti pada raja ( Dalem ), bila kamu benar, hai ini merupakan jalan utama yang ditunjukkan kepadamu
unluk menuju kc jalan sorga Banyak lagi nasehat - nasehat yang diberikan kepada anaknya dalam rangka menghadapi kernatian itu. Sehingga hati anaknya mempunyai kcikhlasan untuk siap mati dibunuh oleh ayahnya.
Tak beberapa lama tersebarlah berita di seluruh wilayah Kertalangu bahwa Tangkas Dimade akan dibunuh oleh ayahnda. Sehingga banyaklah warga desa Kertalangu datang berianya mengenai hal ikhwal terjadinya musibah tersebut. Sebelum anaknya dibunuh maka disuruhlah Tangkas Dimade melakukan persembahyangan, setelah itu dilaksanakannyalah Upacara mejaya - jaya dengan diberikan puja oleh Pendeta Ciwa dan Buddha.
Setelah selesai upacara mejaya - jaya maka diantarlah putranya menuju setra tempat pembunuhan, di dalam perjalanan menuju ke setra, Tangkas Dimade diiringi oleh isak tangis sepanjang jalan, karena Tangkas Dimade sangat sopan dalam pergaulan, dan masih jejaka, dan sedang senangnya hidup.
Setelah tiba di kuburan, disuruhlah Tangkas Dimade melakukan persembahyang­an kearah empat penjuru mata angin di tempat pembakaran zenasah, untuk memohon tempat yang layak bagi dirinya kepada Sanghyang Dharma. Setelah selesai melakukan persembahyangan, maka ayah Pangeran Tangkas mengambil keris lalu menusuk putranya yang tercinta, hanya satu kali tusukan, robohlah Tangkas Dimade pada saat itu juga.
Diceritrakan kembali orang yang membawa surat tersebut kini telah tiba diistana Dalem di Gelgel, lalu menghaturkan sembah kepada raja dengan mengatakan : Maafkan hamba ratu Dalem, bahwa segala perintah yang tuanku berikan kepada hamba, hamba telah laksanakan dan kini hamba telah kembali dengan selamat.
Melihat kejadian ini maka terkejutlah Dalem (raja ) dan beliau berkata
-Hai kamu utusanku, apa sebabnya kamu cepat kembali ?
-Siapakah yang kamu berikan surat perintahku itu ?Katakanlah dengan cepat !
Bersembah sujudlah utusan tersebut, lalu berkata : Maafkan hamba tuanku, surat perintah tuanku telah hamba berikan kepada putra dari Ki Pangeran Tangkas, akan tetapi surat tersebut hamba haturkan saat putra beliau berada di tengah sawah. Oleh sebab Pangeran Tangkas beliau tidak ada di rumah, dan setelah itu hamba balik kembali ke istana, itulah sebabnya hamba dengan cepat tiba kembali.
Mendengar uraian yang disampaikan itu maka sangat terkejutlah sang raja dan segera mengutus seorang utusan untuk lari dengan cepat ke Kertalangu (Badung) untuk mencegah pembunuhan yang dilakukan oleh Pangeran Tangkas, walaupun bagaimana cepatnya utusan menunggang kuda, akan tetapi kecepatan ini sudah terlambat dimana utusan ini telah melihat sendiri mayat putra Pangeran Tangkas telah terbunuh. Terccnganglah utusan raja karena terlambat clan segera kembali ke Gelgel. lalu melaporkan hal ini kepada Sang raja, setelah menenma laporan beliau menjadi dian, dan berkata dalam hati beliau ” Oh Tangkas engkau bunuh puteramu sendiri- yang tidak ada bersalah sama sekali karena baktimu kepadaku“.
Tersebutlah Pangeran Tangkas sekarang telah di tinggalkan mati olch putra ueiiau, beliau lama tidak mau menghadap kepada Dalem karena sedih hati beliau, waiaupun Dalem telah berkali-kali memanggil beliau untuk menghadap, akan tetapi perintah Dalem tidak diperhatikan.
Melihat hal semacam ini berpikir-pikirlah Dalem dan akhimya diutuslah seorang utusan untuk menghadap kepada Pangeran Tangkas di Kertalangu ( Badung ), untuk meminta dengan sangat agar Pangeran Tangkas datang untuk menghadap raja. Pada saat inilah pertama kali Pangeran Tangkas datang ke Puri Gelgel. Pada saat tibanya Pangeran Tangkas di istana Gelgel, raja sedang mengadakan rapat dengan para Maha Menteri, Patih, dan lain - lainnya. Melihat Pangeran Tangkas datang maka raja meninggalkan rapat, lalu menerima kedatangan Pangeran Tangkas, serta dengan cepat raja berkata : Mariiah engkau dekat padaku Tangkas IBerdatang sembahlah Tangkas, Maafkan hamba orang yang hina dina ini duduk di bawah Tuanku ! Mendengar ucapan Pangeran Tangkas ini dengan nada sedih, berkatalah kembali Sang Raja : ” Hai kamu Kiyayi Tangkas, bangunlah kamu, dan janganlah kamu duduk di bawah, mariiah engkau dekat denganku !. Karena perintah raja yang tegas ini maka bangunlah Pangeran Tangkas dari tempat duduknya terbawah, dan berdatang sembah mendekati raja.
Dengan mendekatnya Pangeran Tangkas kepada raja, maka mulailah raja berkata kembali kepada Pangeran Tangkas, dengan lembut, dan kata beliau ( raja ) sebagaiberikut:
” Hai Kiyayi Tangkas, aku ingin bertanya kepadamu, apakah yang menyebabkan kamu lama tidak menghadap kepada rajamu 7Apakah hai (ersebut disebabkan karena anakmu yang mati yang disebabkan perintahku yang kurang tegas itu padamu ? Mendengar pertanyaan raja ini, menyautlah Pangeran Tangkas : ” Maafkanlah hamba tuanku, hamba lakukan itu semua karena bakti hamba kepada sungsungan hamba yaitu Tuarvku sendiri “. Mendengar ucapan. Pangeran Tangkas itu terketuk hati Sang raja, karena mengenang bahwa keturunan itu adalah yang amat penting dalam ajaran agama , karena itulah beiiau berpikir - pikir lalu bersabda:
Hai kamu Pangeran Tangkas, janganlah karena kejadian tersebut engkau menjadi sedih, karena hal tersebut sudah berlalu, dan tidak akan bisa kembali lagi, lupakanlah itu semua! Akan telapi untuk meneruskan keturunanmu itu agar Tangkas jangan menjadi lenyap, maka kini aku akan memberikan kepadamu seorang istriku yang sedang hamil, dan umur kandungannya baru 2 ( dua ) bulan, istriku inilah engkau hams ambit, untuk meneruskan keturunanmu. sehingga keturunan Tangkas tidak putus ; akan
tctapi oda yang ku minta kepadamu adalali ‘:
Janganlahkamu menghilangkan(anyapuh)persanggamaan yang telah dilakukan olehku sendiri !
Apabila anak itu telah lahir kemudian, maka anak tersebut kamu beri nama
dan panggii dengan nama Ki Pangeran Tangkas Kori Agung ‘
Dari hal tersebut di atas maka Tangkas ialu berkata : Maafkanlah hamba Tuanku Dewa Bhatara, apabiia hamba mengambil istri Tuanku, maka hamba akan terkutuk. sehingga hamba kena tulah ” dan hamba disebut langgana oieh seluruh jagat.
Kemudian berkatalah Sang raja kembali’: ” Hai kamu Tangkas janganlah kamu berpikir demikian, ini adalah perintahku dan cngkau hams laksanakan “
Karena hal ini merupakan perintah Sang raja, maka istri raja, kemudian diambii olch Fangkas, lalu di bawa ke Badung, dan sampai di Badung, maka diadakannya suatu upacara perkawinan yang sangat besar, dengan mengundang banyak keluarga
Setelah upacara selesai maka lama kelamaan lahirlah seorang putra laki yang sangat tampan dan gagah perkasa yang diberi nama PANGERAN TANGKAS KORI AGUNG . Oieh karena itu gembiralah u/ilayah Kertalangu kembali.
Di daiam beberapa sumber menyebutkan bahwa istri raja yang dianugrahkar,kepada Kiyayi Tangkas pada masa mudanya bernama Ni Luh Kayu Mas, yang berasa!dari keluarga Bcndcsa Mas. Lahirlah putra raja yang bemama Pangeran Tangkas KonAgung di tengah - tengah keluarga Tangkas, maka secara biologis beliau adalah putraraja atau putra dalem. Akan tetapi secara adat, beliau adalah pewaris langsung darikeluarga Tangkas. Setelah Pangeran Tangkas Kori Agung menjadi remaja putra danbeliau sering datang dan menghadap Dalem di Gelgel. Melihat hal ini akbimya Sang rajameminta kepada Pangeran Tangkas Kori Agung, untuk kawin dan mengawini pulri dariketurunan Arya Kepasekan, dengan tujuan agar kesatuan rakyat Bali dan keturunan danJawa tetap terpelihara, oieh karena Patih Arya Kepasekan adalah patih Bali yang merupakan keturunan langsung dari Arya Kepasekan yang pernah datang ke Mojopahit untuk menghadap kepada Patih Gajah Mada, bersama dengan pembesar Bali lainnya, seperti: Arya Pasek dan Patih Ulung untuk penobatan raja Bali, demi amannya Bali, dari pembrontakan - pembrontakan orang yang ticlak puas terhadap Mojopahit.
Berkat usaha dari ketiga Maha Patih Bali inilah akhimya Dalem Sri Kresna Kepakisan diorbitkan untuk menjadi raja di Bali, oieh Patih Gajah Mada
Untuk mengenang jasa leluhur dari Arya Kepasekan ini maka diharuskannyalah Pangeran Tangkas Kori Agung, kawin dengan putrinya. Perkawinan antara Pangeran TangkasKori Agung dengan Putri AryaKepasekan,lahirlah seorang putri yang bernama Gusti Ayu Tangkas Kori Agung
Unluk melanjutkan kclurunan dan Pangeran Tangkas Kori Angung dan memperera! hubungan dengan Pasek Gcigc!. karena Pasek Gelgei berada di Gelgcl yang mempakan pusal ibu kota kcrajaan Gelgcl dan Puri juga berada di Geigel. Untuk itu demi amannya Puri dikawinkannyalah Gusti Ayu Tangkas Kori Agung dengan Gusti Agung Pasek Geigel
Menurut Babad Posek yang diterjemahkan olch I Gusti Bagus Sugriwa, penerbit Toko Buku Balimas, tahun 1982, halaman 82, maka dijelaskanlah status pcrkawman ini setwgai berikut
Hai anakku Gusti Agung Pasok Gelqel, karena engkau suka kepadnku, kini bapak menyerahkan din kepadamu, oleh karena bapak tidak mempunyai keturunan layi {tidak beranak laki - laki) kini ada seorang anakku perempuan, saudara sepupu olehmu, apabiia kamu suka, bapakberilah kepadamu, Gusti Ayu. Danlagi adahartabendnbcipak, yaitu isi nimah tangga serba sedikit, pelayan 200 orang, semuanya itu anakku menguasainya. Pendeknya engkau menjadi anak angkatku. Kemudian bapak pulang ke alam baka, supaya anakku menyelesaikan jenazahku. Yang pentingpermintaanku ialah agar sarna olehmu mclakukan upacara scbagai Bapak kandungmu sendiri, Dan peringatanku kepadamu, oleh karena dahulu ada permintaan Pangeran Mas kepada leluhur kita yaitu supaya jangan putus turunan - turunan kita dengan sebutan Bendcsa; Sebab supaya mudah oleh beliau kelak mengingati turunan - turunan beliau bila ada lahir dan beliau.
Kini oleh karena bapak memang berasal dari sana, sebab itu bapak minta kepadamu bila kemudian ada anugrah Tuhan kepadamu terutama kepada bapak, adanakmu lahir dari sepupumu Ni Luh Tangkas, supaya ada juga yang memakai sebutan Bcndesa Tangkas itu sampai kemudian supaya mudah leluhur kita mengingati turunan turunannya nanti di Sorga. ” ( Babad Pasek oleh 1 Gusti Bagus Sugriwa, Halaman 82, Tahun; 1982 ).
Demikjanlah kata - kata yang dikeluarkan oleh Pangeran Tangkas Kori Agung, lalu Ki Gusti Pasek Geigel berunding dengan saudara - saudara sepupu dan mindonnya, akhimya diserujui oleh semuo saudara - saudara Pasek, sehingga akhimya terjadilah perkawinan sesuai dengan permintaan Pangeran Tangkas Kori Agung.
Jadi status perkawinan ini adalah I Gusti Pasek Gelgel selaku sentana yang kawin dengan I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung, diupacarai sangat meriah, di rumah Tangkas Kon Agung, yang Juga hadir dalam perjamuan itu semua keluarga 1 Gusti Pasek Geigel, di samping tamu yang lainnya.
Dari Perkawinan antara Gusti Ayu Tangkas Kori Agung dengan Gusti Pasek Gelgel, maka dikaruniai 4 ( empat ) orang putra dengan narna yaitu:
Anak yang pertama bernama Pangeran Tangkas Kori Agung.
Anak kedua Bendesa Tangkas.
Anak ketiga Pasek Tangkas.
Anak ke empat, Pasek Bendesa Tangkas Kori Agung.
Demikianlah ketuainan Tangkas, yang melanjutkan keluarga Tangkas seterusnya.
Karena keluarga Tangkas terus berkembang dan sangat erat hubungannya dengnn raja dan masyarakat. Maka keluarga Tangkas mendapat tugas - tugas dari raja sebagai berikut:
1.Tangkas Kori Agung adalah pengawal terdepan dari raja lebih - lebihBendesa Tangkas yang merupakan pengawal setia dari raja Dalem Bekung,dan ikut berperang melawan Kryan Batan jeruk, yang berontak sehinggaDalem terkepung, dimana Tangkas sebagai pengawal raja terdepan,dengan susahpayah berperang dengan pasukan Batan Jeruk,yangakhirnya pemberontakan Batan Jeruk dapat dipadamkan, dan Batan Jerukmeninggal di Bunutan.
2.Karena jasanya sebagai pengawal terdepan dari raja maka Tangkasdiberikan tanda jasa oleh raja berupa:
a.Tangkas tidak boleh dihukum mati.
b.Tidak boleh dirampas artha bendanya.
c.Bila Tangkas harus dihukum mati, maka hukuman mati dapat dilakukandengan hukuman buangan selama satu bulan.
d.Bebas pajak.
e.Bila Tangkas harus kena denda lainnya, harus dihapuskan. Jasmatkataku, bila hakim berani melanggar, semoga terkutuk oleh Tuhan.
3.Melakukan upacara yang ada di Besakih.
PEGATEPAN.
Puira clan Arya Kanuruhan yang nomor 3 (tiga ) adalah Kiyayi Pegatepan. putra bcliau yany kcliga ini adaiah saug.il cerdas, disamping sangat tangkas
Sebagai scorang prajurit kcrajaan, maka Kiyayi Pegatepan mendapai tugas unluk mengamankan kckacauan yang rida di daerah Tianyar ( bekas daerah Ki Tunjung Tulur )
Pada masa pemerintahan Dalem di Gclgcl, maka pada waktu ini yang dibenkan hak untuk mengiiasai dan mengamankan daerah Tianyar, adalah keturunan dari Sira Arya Gajah Para. Dua orang cucunya dan Sira Arya Gajah Para yaihi Kiyayi Ngurah Tianyar, dan adik kandungnya yang bernama Kiyayi Ngurah Kalcr, dimana kedua kakak beradik ini mengadakan suatu persengkelaan yang sangat hebat, dengan mclibalkan bebcrapa pcngikutnya di Tianyar yang menyebabkan kacaunya daerah Tianyar serta keamanan tidak terjamin.
Adapun permasalahan yang mcnimbulkan persengketaan sengit ini adalah masalah bcrselisih pendapat tentang jalannya pelaksanaan Upacara Pengabenan dari jenazah ayah mereka.
Dengan memuncaknya perang yang sangat hebat ini maka keamanan di daerah ini sangat menyedihkan sehingga kekacauan ini sampai ditelinga raja di Gelgel. Untuk mengamankan dan mendamaikan kedua kakak beradik ini dikirimkannyalah pasukan dari Gelgel di bawah pimpinan Kiyayi Pegatepan. Kiyayi Pegatepan tiba di Tianyar, dengan pasukan pilihan masuk menyelusup ke wilayah pertempuran, akan tetapi pcrtempuran sukar di damaian, sehingga Kiyayi Ngurah Tianyar dan adiknya Kiyayi Ngurah Kaler, keduanya gugur di medan pertempuran. Gugurnya kedua saudara ini masing - masing meninggalkan istri mereka dengan anak yang masih kecil ( bayi ). Sedangkan Kiyayi Ngurah Kaler meninggalkan istri yang sedang mengandung.
Karcna gugumya kediia cucu dan Gajah Para, dan keamanan beium terjamin sepenuhnya, maka atas perintah raja Kiyayi Pegatepan ditugaskan terus di Tianyar, sampai desa tersebut betul - betul aman Karena lamanya Kiyayi Pegatepan berada di daerah Tianyar, maka makin larna makin senanglah beliau memegang wilayah tersebut dan akhirnya beliau berketetapan hati untuk tidak meninggalkan wilayah tersebut.
Di Wilayah Tianyar inilah beliau akhirnya mengambi! rabi/ istri yang nontinya melahirkan dua orang putra yang masing -masing putra beliau bernama
Putra pertama di ben nama Kiyayi Pegatepan Putra kedua Kiyayi Madhya Bukian
Karcna lamanya bcliau tinggal di Fianyar, maka kedua pulranya mi masing -rnasing mcnurunkan keturunannya sedemikian banyak Kclurunan inilah Icrus tersebar ke desa dcsa, keseluruh pelosok wilayah Bah
Tianyar mcrupakan daerah terpcncil. dunana hubunqan dengan pusat, mcnjadi jauh sehingga penulisan dan siisilah kehiarga dan Kiyayi Pcgatepan tidak diuraikan lagi.
Dcmikianlah siisilah singkatArya Kanunihan dan Bali.

ARYA SENTONG

| | 8 komentar

Om Swatiastu Sejarah mengatakan dalam ekspedisi Maha Patih Gajah Mada ke Bali di dampingi oleh para Kestrya Arya Kediri besaudara Raden Cakradara (suami Tribhuwana) Arya Damar (Adityawarman) Arya Kenceng Arya Kuta wandira Arya Sentong Arya Belog. Masing-masing ksatria ini memimpin pasukannya menyerang dari segala penjuru mata angin. Diceritakan setelah Bali berhasil ditaklukan, Arya Damar kembali ke majapahit, kemudian diangkat sebagai Raja di Palembang. Adik-adik beliau ditempatkan sebagai raja di masing-masing daerah di Bali seperti Arya Kenceng di Tabanan, Arya Sentong di Perean , Arya Belog di Kaba-kaba dan sebagainya

Sejarah berdirinya Kerajaan Marga. Di dalam perjalanan yang panjang, Keturunan Ida Betara Sinuhun Sira Arya Sentong yang pada mulanya di awali dengan mendirikan Kerajaan Uma Kaang di Alas Pere (Purana Marga/Wratmara), setelah menempuh perjalanan dari Nusa Penida ke Pucak Asah (Babad Nusa). Dengan mendapatkan titah dari Ida Betara Dalem Nusa agar tidak membangun kerajaan dari Pucak Asah ke selatan agar tidak melewati Pura Puser Tasik. namun kerajaan yang berada di sebelah barat laut (kaja kauh) Pura Puser Tasik tersebut tidak bertahan lama karena diserang oleh semut yang begitu banyak, sehingga Kerajaannya di pindahkan ke utara Marga dengan nama Puri Perean. Raja Perean pada saat itu Anglurah Perean, Ki/I Gusti Ngurah Pacung Sakti memiliki dua orang Istri, yang pertama I Gusti Luh Pemacekan (Perami) berputra dengan nama I Gusti Ngurah Batan Duren (cikal Bakal Puri Carang Sari) sedangkan kedua Ni Luh Jepun (Penawing tak lain putri dari Ki Dukuh Titigantung) berputra dengan nama Ida Arya (cikal bakal Puri Marga).

Maka dengan demikian, Ida Arya menjadi Putra Mahkota Perean sekaligus Marga. karena di tinggal oleh I Gusti Ngurah ke Carang sari, maka Beliau kembali ke Marga dengan mendirikan sebuah kerajaan sementara di Taman Lebah. kemudian Beliau mendirikan kerajaan yang lebih besar sebelah timur laut (kaja-kangin)Pura Puser Tasik dengan nama Puri Agung Marga/Wratmara.

Adapun Silsilah Puri Marga keturunan Ida Arya dengan kerajaan yang di pegang antara lain: 1. I Gusti Balangan (Puri Agung Marga) 2. I Gusti Wayahan Geria (Puri Taman Marga) 3. I Gusti Nyoman Anda/Istri (mengisi ke Puri Perian) 4. I Gusti Ketut Celuk (Puri Belayu) 5. I Gusti.... (Manjingan ke Mengwi)
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Arya_Sentong"

Sejarah mengatakan dalam ekspedisi Maha Patih Gajah Mada ke Bali didampingi oleh para Kestrya Arya Kediri bersaudara Raden Cakradara (suami Tribhuwana, Arya Damar (Adityawarman, Arya Kenceng, Arya Kuta wandira, Arya Sentong, Arya Belog. Masing-masing ksatria ini memimpin pasukannya menyerang dari segala penjuru mata angin. Diceritakan setelah Bali berhasil ditaklukan, Arya Damar kembali ke Majapahit, kemudian diangkat sebagai Raja di Palembang. Adik-adik beliau ditempatkan sebagai raja di masing-masing daerah di Bali seperti Arya Kenceng di Tabanan, Arya Sentong di Perean , Arya Belog di Kaba-kaba dan sebagainya Sejarah berdirinya Kerajaan Marga yang berada di Kab.Tabanan. Di dalam perjalanan yang panjang, Keturunan Ida Betara Sinuhun Sira Arya Sentong yang pada mulanya diawali dengan mendirikan Kerajaan Uma Kaang di Alas Pere (Purana Marga/Wratmara), setelah menempuh perjalanan dari Nusa Penida ke Pucak Asah (Babad Nusa). Dengan mendapatkan titah dari Ida Betara Dalem Nusa agar tidak membangun kerajaan dari Pucak Asah ke selatan agar tidak melewati Pura Puser Tasik. Namun kerajaan yang berada di sebelah barat laut (kaja kauh) Pura Puser Tasik tersebut tidak bertahan lama karena diserang oleh semut yang begitu banyak, sehingga Kerajaannya dipindahkan ke utara Marga dengan nama Puri Perean. Raja Perean pada saat itu Anglurah Perean, Ki/I Gusti Ngurah Pacung Sakti yang menguasai wilayah sebelah utara Beringkit sampai selatan Danau Tamblingan dan barat sungai Yeh Ayung dan Timur sungai Yeh Pana. Ki Anglurah Perean memiliki dua orang Istri, yang pertama I Gusti Luh Pemacekan (Perami) berputra dengan nama I Gusti Ngurah Batan Duren (cikal bakal Puri Carang Sari) sedangkan kedua Ni Luh Jepun (Penawing tak lain putri dari Ki Dukuh Titigantung) berputra dengan nama Ida Arya (cikal bakal Puri Marga). Maka dengan demikian, Ida Arya menjadi Putra Mahkota Perean sekaligus Marga. karena ditinggal oleh I Gusti Ngurah ke Carang sari, maka Beliau kembali ke Marga dengan mendirikan sebuah kerajaan sementara di Taman Lebah. kemudian beliau mendirikan kerajaan yang lebih besar sebelah timur laut (kaja-kangin) Pura Puser Tasik dengan nama Puri Agung Marga/Wratmara. Adapun Silsilah Puri Marga Keturunan dari Ki Ida Arya dengan kerajaan yang dipegang antara lain: 1. I Gusti Balangan (Puri Agung Marga) 2. I Gusti Wayahan Geria (Puri Taman Marga) 3. I Gusti Nyoman Anda/Istri (mengisi ke Puri Perian) 4. I Gusti Ketut Celuk (Puri Belayu) 5. I Gusti.............(Manjingin ke Mengwi) Sumber: http://wapedia.mobi/id/Arya_Sentong